Si Dukun Putih, Saksi Perang TNI Vs Pemberontakan Kartosoewirjo

Semua bermula pada 1949 silam, beberapa tahun setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaan.

oleh Kukuh Saokani diperbarui 16 Mei 2015, 13:14 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2015, 13:14 WIB
Si Dukun, Saksi Perang TNI Melawan Pemberontakan Kartosoewirjo
Semua bermula pada 1949 silam, beberapa tahun setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya. (Okan Firdaus/Liputan6.com)

Liputan6.com, Bandung - Gelar dukun tak melulu disandang manusia. Benda mati pun bisa bergelar dukun. Seperti kisah Si Dukun Putih dari Majalaya, Jawa Barat.

Semua bermula pada 1949 silam, beberapa tahun setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya. Saat itu pemberontakan besar-besaran terjadi. Organisasi Negara Islam Indonesia (NII) yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo berniat membuat 'negara di atas negara'.

Mereka membuat gerakan yang disebut Darul Islam (DI) dan pasukan Tentara Islam Indonesia (TII) (DI/TII).

Namun pemberontakan ini berakhir setelah Tentara Nasional Indonesia (TNI) yaitu Pasukan Siliwangi berhasil menangkap Kartosuwirjo beserta pengawalnya di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat pada 1962 melalui operasi Bratayudha.

Di sanalah peran Si Dukun yang kini 'bertengger' manis di Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Jalan Lembong 38, Kota Bandung, Jawa Barat. Saksi bisu pemberantasan NII itu merupakan mobil ambulans yang pernah membawa Kartosoewirjo.

Si Dukun

Mobil putih itu merupakan pabrikan Chevrolet Kasoseri General Motors Jakarta ini beroperasi sejak 1947-1964 di Rumah Sakit Majalaya. Karena sering menyelamatkan orang banyak, maka ambulans tersebut diberi julukan Si Dukun.

Dukun pada zaman dahulu dikenal sebagai orang yang bisa mengobati penyakit layaknya dokter.

Dan dalam operasi penumpasan NII pada 1949 itu, Si Dukun digunakan untuk mengangkut jenazah TNI yang gugur serta para korban luka.

Semua bermula pada 1949 silam, beberapa tahun setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya. (Okan Firdaus/Liputan6.com)

Kepala Museum Kapten Bambang Irianto mengatakan, Si Dukun tercatat menjadi koleksi museumnya sejak 2012. Namun saat dihibahkan, kondisi ambulans ini tidak layak karena dibiarkan terlantar selama 12 tahun.

"Selain kondisi mobil yang tidak bisa jalan, bodi mobil juga sudah rusak dan catnya sudah memudar," kata Bambang saat ditemui Liputan6.com di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/5/2015).

Tidak mudah untuk bisa mengembalikan kegagahan Si Dukun seperti sedia kala. Perlu waktu sekitar 6 bulan, karena banyak sparepart mobil yang kini sulit untuk didapatkan.

"Sangat sulit. Warna kita cat ulang. Untuk mesin kita perlu 6 bulan karena sparepart mobilnya susah. Tapi ini semua masih original, hanya karburator dan kondensor yang kita ganti," tutur dia.

Sebenarnya, ambulans putih itu juga sering dijuluki Si Gajah lantaran mobil ini tergolong besar pada eranya.

Kini selain mejeng di bagian depan Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Si Dukun juga bisa dijumpai di beberapa tempat, seperti kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), dan sejumlah event dalam rangka museum keliling.

Semua bermula pada 1949 silam, beberapa tahun setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya.

Si Dukun kini telah disulap. Pada bagian belakangnya terdapat televisi berukuran besar untuk memutar film-film perjuangan.

"Kalau museum keliling kita nggak bisa sering-sering karena kondisi mobilnya. Meski bisa berjalan, tapi tidak bisa jarak jauh, dan juga nggak bisa sering," ucap Bambang.

Penasaran mau lihat Si Dukun?

(Ndy/Sss)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya