Hati-Hati, Kelompok Hacker Menguras Uang Nasabah Bank

Hasil pemeriksaan penyidik, kata Didik, 5 tersangka hanya sekedar membeli kartu ATM skimming dari 3 laman internet seharga US$300-US$700.

oleh Audrey Santoso diperbarui 24 Agu 2015, 04:23 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2015, 04:23 WIB
Hacker
Ilustrasi (Sumber : beliefnet.com

Liputan6.com, Jakarta - Para hacker atau peretas database perbankan swasta berkeliaran. Mereka menerobos ke dalam sistem perbankan, mencari nomor-nomor rekening para nasabah yang masih aktif. Lalu mereka menggandakan kartu anjungan tunai mandiri (ATM) atas nomor-nomor rekening tersebut, untuk diperjualbelikan di laman internet.

Kejahatan ini terungkap setelah Bank Central Asia (BCA) melakukan investigasi internal pada Februari 2015 lalu, dan melaporkan 13 rekening nasabahnya dibobol hingga merugi Rp 400 juta pada 13 Juli 2015. Dari hasil investigasi itu diketahui, ada pihak yang melakukan transaksi, mulai penarikan via mesin ATM, pembelian barang dengan debet, hingga penukaran valuta asing (Valas).

"Hasil investigasi BCA, kartu ATM para nasabah itu tidak pernah hilang. Tapi ada penarikan baru dengan memakai kartu ATM di nomor rekening yang sama, yang memiliki kode lain," kata Kasubdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya AKBP Didik Sugiarto di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (23/8/2015).

"Dari situlah kami melakukan penyelidikan berdasarkan data-data dari pihak BCA," imbuh Didik.

Setelah mendengar paparan pihak bank, kata Didik, polisi kemudian menelusuri tempat-tempat yang pernah didatangi pelaku untuk melakukan transaksi penarikan uang dan pembelian barang. Kemudian polisi memeriksa rekaman CCTV di lokasi tersebut. Semuanya masih di wilayah DKI Jakarta.

"Saat kami periksa CCTV, terlihat beberapa pria yang kami curigai melakukan transaksi dengan kartu yang sudah di-skimming. Mereka juga menyamar setiap menggunakan ATM skimming itu. Ada yang memakai topi, ada yang memakai rambut palsu," jelas dia.

Setelah memeriksa CCTV, lanjut Didik, polisi menyimpulkan ada 5 orang yang aktif menggunakan kartu ATM skimming tersebut dan pengejaran terhadap para penjahat itu berakhir pada 8 Agustus lalu. 2 Dari mereka adalah mantan narapidana.

Hasil pemeriksaan penyidik, kata Didik, 5 tersangka hanya sekedar membeli kartu ATM skimming dari 3 laman internet seharga US$300 hingga 700.

"Mereka beli dari 3 website itu. Harga 1 kartu US$ 300 sampai US$ 700," ujar Didik.

Kanit IV Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kompol Teuku Arsya Khadafi menjelaskan, para pelaku membeli kartu skimming melalui 3 laman internet. Pengakuan para tersangka, mereka hanya membeli kartu ATM skimming tanpa mengetahui berapa nominal uang dalam nomor rekening kartu ATM tersebut.

Namun, menurut Arsya, para peretas yang menjual kartu ATM tersebut menjamin nomor rekening yang terkoneksi dengan ATM skimming tersebut masih aktif digunakan para pemilik aslinya.

"Jadi dalam kasus ATM skimming ini ada 2 kelompok yang beraksi. Pertama kelompok hacker yang menjual kartu skimming. Kedua, kelompok tersangka yang sudah kita ringkus, sebagai penadah atau pembeli kartu ATM skimming ini dengan tujuan menguras uang dalam ATM nasabah," ungkap dia.

Tak hanya BCA, polisi juga mengamankan kartu ATM skimming yang dibeli 5 tersangka dari kelompok peretas. Antara lain 5 kartu ATM HSBC, 4 kartu ATM Bank Danamon, 2 kartu ATM Citibank, 2 kartu ATM Bank OCBC NISP dan masing-masing 1 kartu ATM Bank Panin, Bank BII, Standard Chartered, dan CIMB Niaga. (Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya