Polisi Diminta Tangkap Dalang Pembunuh Petani Salim Kancil

Selain tabur bunga, para aktivis juga menggalang aksi tanda tangan menentang perilaku premanisme yang menyebabkan Salim Kancil tewas.

oleh Zainul Arifin diperbarui 28 Sep 2015, 19:49 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2015, 19:49 WIB
Polisi Diminta Tangkap Dalang Pembunuhan Petani di Lumajang
Puluhan aktivis dari Aliansi Sedulur Tunggal Roso saat menggelar aksi tabur bunga di depan Balaikota Malang, Jawa Timur, Senin (28/9/2015). (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Puluhan aktivis yang menamakan diri Aliansi Sedulur Tunggal Roso menggelar aksi tabur bunga di depan Balaikota Malang, Jawa Timur. Aksi solidaritas ini menyusul tewasnya Salim atau Salim Kancil, seorang petani asal Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, yang menolak aktivitas tambang pasir di Pantai Watu Pecak.

"Aksi ini sebagai simbol bahwa ada ancaman nyata terhadap petani dan pejuang ekologis dalam menghadapi mafia tambang," kata koordinator aksi Abdurahman Sofyan di Malang, Jawa Timur, Senin (28/9/2015).

Selain tabur bunga, para aktivis juga menggalang aksi tanda tangan menentang perilaku premanisme yang menyebabkan Salim tewas. Dalam aksinya, mereka membawa foto Salim.

Beberapa poster bertuliskan kecaman terhadap aksi brutal itu juga dibawa saat aksi damai ini. Aksi ini mendapat apresiasi dari warga yang melintas di depan Balaikota Malang, dengan membubuhkan tanda tangan.

"Kami menuntut pihak kepolisian mengusut kasus ini sampai tuntas. Tangkap para pelaku dan aktor intelektual di balik peristiwa ini," tegas Abdurahman.

"Para petani itu memperjuangkan haknya tapi malah mendapat aksi brutal. Kemarin terjadi di Lumajang, besok bisa juga terjadi di Malang," sambung dia.

Para aktivis Aliansi Sedulur Tunggal Roso menilai, apa yang dialami 2 petani di Lumajang itu adalah preseden buruk. Karena itu, mereka mendesak aparat penegak hukum segera menangkap aktor intelektual pembunuhan tersebut.

"Kami mempertanyakan sikap kepolisian kalau sampai tidak bisa menangkap aktor intelektualnya," pungkas Abdurahman.

Kematian Salim alias Kancil terjadi pada Sabtu 26 September 2015. Peristiwa ini bermula dari sikap para petani yang bergabung dalam Forum Petani Anti Tambang Desa Selo Awar-Awar menolak penambangan di Pantai Watu Pecak, Lumajang, Jawa Timur.

Petani kesal karena sebagian lahannya dijadikan jalan perlintasan truk pengangkut pasir. Mereka mengajukan pemberitahuan untuk menggelar unjuk rasa menolak penambangan. Namun unjuk rasa belum digelar, 2 petani yakni Salim dan Tosan diculik sekelompok preman dan dianiaya.

Salim ditemukan di tepi jalan dalam kondisi tak bernyawa. Di tubuhnya terdapat banyak bekas luka. Sedangkan Tosan dalam kondisi kritis karena menderita luka serius di tubuhnya. Dia kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit. (Rmn/Ans)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya