Liputan6.com, Jakarta - Kisruh pembangunan rumah Denni Krisna Putera (41) dengan warga Perumahan Bukit Mas Bintaro, Jakarta Selatan, masih terus berlanjut. 'Tembok derita' yang dibangun warga untuk memisahkan rumah Denni dengan kompleks Bukit Mas pun masih berdiri.
Di balik kisruh yang kini telah dilaporkan ke Komnas HAM ini, ada cerita menarik tentang Perumahan Bukit Mas.
Suhardi (40), seorang warga yang tinggal di Jalan Mawar III, Pesanggrahan, Bintaro, mengungkapkan, jalan perumahan Bukit Mas merupakan akses tercepat menuju jalan utama. Dulu, jalan ini masih berupa jalan setapak yang dihiasi hamparan sawah luas.
"Ini dulu jalan setapak, waktu masih sawah. Rumah Pak Denni itu ya dulu tanah kosong. Terus pas ada perumahan, baru ada pembatas jalannya," cerita Suhardi kepada Liputan6.com di lokasi, Jakarta Selatan, Jumat (6/11/2015).
Dia pun tidak menyangka jika rumah Denni kini menjadi polemik. Sebab, saat rumah didirikan tidak ada yang mempersoalkannya.
"Seharusnya kalau mau ribut itu dulu, waktu saat rumah dibangun. Tapi sekarang sudah jadi rumah, malah diributkan. Tapi saya enggak tahu apa permasalahan sebenarnya dan kenapa diributkan," tutur Suhardi.
Baca Juga
Senada dengan Suhardi, Supriyadi (33) yang juga merupakan warga kampung asli di tempat itu, juga merasa heran dengan aksi warga Perumahan Bukit Mas yang menutup akses jalan rumah Denni. Dia berharap masalah tersebut tidak merembet ke kampungnya.
"Kita warga kampung sebenarnya enggak mau ikut campur. Tapi takut saja, kalau masalah ini nantinya jadi ramai. Warga tahu tapi pura-pura nggak tahu saja. Itu tembok bolak-balik dibongkar," tutur Supriyadi.
Sementara itu, mandor tukang yang sudah lama bekerja di areal Perumahan Bukit Mas, yang juga 'pembuat tembok derita', Purwanto (44), membenarkan bahwa dulu di rumah Denni hanya tanah kosong, di mana ada pembatas kompleksnya.
"Dulu itu tanah kosong, tapi memang ada pembatas kompleks. Temboklah. Ya itu, sekarang ada rumahnya Pak Denni. Tapi kalau soal kejadian sebenarnya, semuanya angkat tangan. Enggak tahu asal muasalnya kejadian kenapa jadi ramai seperti sekarang," tutup Purwanto. (Sun/Mut)