Akses Rumah Ditembok Warga, Denni Lompat Pagar demi Beli Makan

Denni Akung mengaku kesulitan beraktivitas sejak warga Bukit Mas memblokir akses kediamannya.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 05 Nov 2015, 21:11 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2015, 21:11 WIB
20151105-rumah denni ditembok
Kondisi rumah Denni Akung yang ditembok warga. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Konflik antara Denni Krisna Putera (41) dengan sekelompok orang yang mengatasnamakan Warga Peduli Perumahan Bukit Mas (WPPBM), Bintaro, Jakarta Selatan, terus berlanjut. Tembok setinggi dua meter yang menutup akses kediamannya di Jalan Cakranegara Blok E7 RT 001/RW 015, masih berdiri tegak. Alih-alih mendapat kenyamanan di rumah yang baru dibangun, Denni malah terperangkap di rumahnya sendiri.

Denni yang akrab disapa Denni Akung ini mengaku, sejak WPPBM menembok akses rumahnya dia dan istri sulit untuk beraktivitas. Bahkan, untuk sekadar mencari makan dan minum, dia harus melompat pagar.

"Saya bahkan mau beli minum dan makan susah. Pernah saya terpaksa lompat pagar untuk beli makan di warung seberang," keluh Denni saat ditemui di kompleks Bukit Mas, Bintaro, Jakarta Selatan, Kamis (5/11/2015).

Saat ini, keluh Denni, dia tengah dirundung bingung. Persediaan air minum hampir habis. "Ini saja saya masih bingung bagaimana mau beli air minum lagi," kata pria yang bekerja sebagai programer ini.

Tidak hanya itu, Denni dan istrinya juga kesulitan untuk mengeluarkan mobil dan motor sejak warga memblokir akes kediamannya sejak 1 November, Minggu lalu.

"Makanya sejak adanya penutupan tembok ini saya sering bekerja dari rumah," papar dia.

Denni mengaku tidak tahu-menahu akar masalah yang membelit dia dengan warga perumahan Bukit Mas, Bintaro. Dia yakin bila rumah yang dibeli dari pemilik sebelumnya itu sudah dalam kondisi saat ini. Bahkan, sertifikat serta Izin Mendirikan Bangunan (IMB) juga telah dicek dan ‎sesuai dengan kondisi bangunan yang ada.

Nasi telah menjadi bubur. Denni mengaku menyesal telah membeli rumah yang sekarang dihuninya dan bermasalah dengan sebagian warga perumahan Bukit Mas. Di sisi lain, dia meyakini rumah yang dibelinya itu berkekuatan hukum serta izin dari Ketua RT, RW, dan pemerintah daerah setempat.

"Kalau mau jujur memang dalam hati kecil saya ada rasa kecewa. Saya merasa terganggu dengan kondisi seperti ini. Saya ini kan korban, tidak tahu apa-apa," ucap Denni.

Di tempat sama, istri Denni, Ade (31) berharap persoalan yang menimpa dia dan sang suami dapat segera selesai dengan musyawarah. Menurutnya, persoalan tersebut muncul karena adanya kesalahpahaman antara warga perumahan Bukit Mas dengan pemilik sebelumnya.

"Kami kan niatnya pingin tinggal di rumah yang nyaman. Bisa hidup tenteram, akur sama tetangga, sama warga kompleks ini," harap dia.

Warga perumahan Bukit Mas, Bintaro, memblokade akses kediaman Denni dengan membangun tembok setinggi dua meter. Hal tersebut dilakukan lantaran warga menilai rumah Denni menyalahi aturan dan bukan bagian dari perumahan Bukit Mas. Warga menilai, rumah Denni seharusnya menghadap Jalan Mawar dan bukan jalan utama perumahan, Jalan Cakranegara.

Selain itu, beberapa fasilitas umum (Fasum) dan Fasilitas Sosial (Fasos), seperti trotoar yang menjadi halaman rumah dan pos keamanan yang bergeser dari tempat semula.

Alasan Abaikan Panggilan

Saat eksekusi penembokan rumah Denni, warga mengklaim telah izin ke Ketua RT dan RW setempat. Mereka bahkan sudah menghubungi dan memanggil-manggil Denni, namun tak ada jawaban. Warga akhirnya menembok rumah tersebut karena menduga tak ada orang di dalamnya.

"Saat itu saya memang sedang tidur siang. Kelelahan habis pindahan. Saya juga kurang enak badan waktu itu," ujar Denni saat ditemui di kompleks Bukit Mas, Bintaro, Jakarta Selatan, Kamis (5/11/2015).

Denni saat itu sebetulnya berada di dalam rumah yang ditembok warga. Namun, dirinya mengaku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di luar rumahnya. Dia juga tidak mendengar panggilan-panggilan warga dari luar.

"Namanya rumah baru, saya dan istri masih ingin menikmati kenyamanan di dalamnya. Dan enggak dengar suara apa-apa. Handphone juga saya matikan karena mau istirahat. Waktu itu saya sakit flu, minum obat jam 11-an terus tidur," tutur dia.

Pria yang bekerja sebagai programer itu tidak menyangka warga akan menembok akses rumahnya. Sebab, menurut Denni, masing-masing pengacara sudah membuat kesepakatan untuk menyelesaikan konflik tersebut melalui mediasi di Mapolres Jakarta Selatan pada Senin 2 November 2015.

"Jadi saya tidak menyangka karena hari Sabtu 31 Oktober masing-masing lawyer sepakat ada mediasi pada Senin 2 November lalu. Jangan sampai ada penembokan sebelum ada mediasi. Tapi ternyata sebelum mediasi sudah ditembok lagi," beber Denni.

Terkejut Lihat CCTV

Sementara saat kejadian berlangsung, istri Denny, Ade tengah bersantai di ruang keluarga. Ia juga mengaku tidak mendengar apa-apa dari luar rumahnya. Ade shock begitu mengecek monitor kamera CCTV ternyata halaman rumahnya sudah ditutup tembok.

"Saya lagi senang-senangnya menempati rumah baru. Waktu itu lagi asyik nonton DVD. Habis itu iseng-iseng lihat CCTV ternyata sudah ditembok setinggi 2 meter. Pas saya play back (CCTV), terlihat siapa saja yang ada di situ," ucap Ade.

Wanita yang bekerja di perusahaan agensi iklan ini mengaku ketakutan begitu tahu di depan rumahnya banyak orang. Bahkan terlihat beberapa aparat berjaga di depan rumahnya saat warga mendirikan tembok.

"Saya lihat di CCTV ternyata sudah ramai warga, ada polisi juga. Jujur kami takut, apalagi di dalam rumah cuma berdua sama suami. Jadi kami memilih bertahan dulu di dalam rumah," ungkap Ade.

Ade juga membantah telah mencuri fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) milik kompleks Bukit Mas. Ia mengaku sama sekali tidak pernah terpikir untuk melakukan hal tercela itu.

"Tanaman di depan rumah itu bukan taman saya. Itu memang fasum fasos kompleks. Itu kan di luar pagar saya. Memang saya tanam rumput supaya ada penghijauan," tutur dia.

Bahkan tembok yang dibangun di atas trotoar oleh warga sengaja dilakukan untuk menyudutkan dirinya. Tembok yang didirikan mengelilingi fasos fasum itu menunjukkan seolah-olah Denny merebut lahan fasos dan fasum kompleks.

"Itu kan yang justru membingungkan. Kenapa enggak langsung ditembok di gerbang, tapi dibelokkan seolah-olah fasum fasos di dalam tembok itu kami curi. Saya berharap ini segera selesai dan kita semua bisa hidup nyaman," tandas Ade.

Klarifikasi Ketua RT

Ketua RT 001 Sulistiyono disebut-sebut hadir saat warga melakukan penembokan di rumah Denny. Namun Sulis membantah jika mengizinkan warga membangun dinding bata di depan rumah tersebut.

"Saya awalnya memang ada di sana untuk mencegah. Saya sudah mencegah warga, tapi mereka tetap memaksa menembok. Ya sudah saya akhirnya pulang saja. Ngapain di situ saya udah enggak bisa cegah," jelas Sulis.

Sulis juga meluruskan terkait pos satpam yang ada di depan rumah Denny. Pos keamanan itu dituding sengaja digeser agar mobil Denny bisa keluar masuk garasi melalui Jalan Cakranegara.

Namun kata Sulis, pos satpam itu sudah dipindah pada 2012, jauh sebelum rumah tersebut dibangun oleh pemilik sebelumnya, Heru. Pemindahan itu lantaran pos keamanan di tempat sebelumnya terbakar.

"Pos satpam itu kebakar tahun 2012. Sama saya kemudian dibangun ulang dan digeser. Alasannya juga biar agak ke tengah, biar lebih kelihatan dari pos depan (gerbang utama)," pungkas dia. (Dry/Ali/Ans)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya