Menteri Anies: Wajah Penulis Buku Radikalisme Perlu Dipamerkan

Anies mengatakan sekolah-sekolah tidak boleh lagi menggunakan buku pelajaran berisi paham radikal yang sudah dilarang.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 26 Jan 2016, 14:21 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2016, 14:21 WIB
20151019-Melihat Satu Tahun Kinerja Mendikbud
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memberi keterangan pers terkait satu tahun kempemimpinannya, Jakarta, (19/10/2015).

Liputan6.com, Jakarta - Ormas GP Anshor di Depok, Jawa Barat, menemukan buku pelajaran yang diduga berisi paham radikal. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kini sudah melarang peredaran buku tersebut.

Namun, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan pelarangan buku radikalisme tersebut tidak cukup. Dia meminta agar penulis buku dan penerbitnya diekspose ke publik.

"Menurut saya, yang perlu diperhatikan adalah tonjolkan juga. Wawancara penulisnya, penerbitnya, sehingga mereka juga ikut bertanggung jawab kepada publik," kata Anies, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Menurut Anies, tiap terjadi kasus serupa, penulis dan penerbit buku tidak terdeteksi publik. Dengan diekspose, penulis dan penerbit memiliki beban moral terhadap masyarakat.

"Hari ini mereka enggak kelihatan. Kita enggak tahu nih mereka siapa, wajahnya bagaimana. Tunjukkan mereka pada publik dan suruh mereka bertanggung jawab pada publik," dia menegaskan.

Mantan Rektor Universitas Paramadina itu menyampaikan sekolah-sekolah tidak boleh lagi menggunakan buku pelajaran berisi paham radikal yang sudah dilarang. Bila ketahuan masih menggunakan, pihaknya akan memberikan sanksi.

"Bila tetap digunakan, maka izinnya bisa dicabut. Bila tetap digunakan, maka gurunya bisa kedapatan sanksi," ucap Anies.

Penemuan GP Ansor

Dalam buku yang ditemukan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) di Depok, Jawa Barat, berisi kata-kata yang dinilai tidak pas. Di antaranya ‎'gelora hati ke Saudi', 'bom', 'sahid di medan jihad', dan 'selesai raih bantai kiai'.

Kemudian ada juga kalimat dan kata-kata ‎'rela mati bela agama', 'Gegana ada di mana', 'bila agama kita dihina kita tiada rela', 'basoka dibawa lari', dan 'kenapa fobi pada agama'.

Buku berbau radikalisme itu dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis berjudul Anak Islam Suka Membaca. Dalam buku tersebut terdapat 32 kalimat yang mengarahkan kepada tindakan radikalisme. Buku ini dicetak pertama pada 1999 sudah dicetak ulang 167 kali hingga 2015.

Penerbit buku Anak Islam Suka Membaca itu adalah Pustaka Amanah, beralamat di Jalan Cakra Nomor 30 Kauman, Solo, Jawa Tengah. Penulisnya Murani Musta'in.

Sekjen GP Ansor Adung Abdurrochman menyebut penulis buku itu Murani Musta'in, merupakan istri Ayip Syafruddin yang diduga pemimpin kelompok Laskar Jihad di Solo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya