3 Tipe Penganut Gafatar Menurut Menteri Lukman

Menurut Lukman Hakim untuk mengembalikan pemikiran mereka kepada ajaran yang benar, pendekatan yang dilakukan juga berbeda.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 02 Feb 2016, 19:55 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2016, 19:55 WIB
20160129-Mengintip Lokasi Penampungan Eks Gafatar Asal Yogyakarta di Youth Center-Yogyakarta
Sejumlah pengungsi eks anggota Gafatar tiba di Penampungan Youth Center, Sleman, Yogyakarta, Jumat (29/1). Mereka sebelumnya ditampung sementara di wisma Haji Donohudan, Boyolali untuk menjalani pendataan kependudukan (Foto: Boy Harjanto)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan butuh waktu lama untuk mengembalikan keyakinan warga terhadap ajaran yang disebarkan oleh tokoh dan pimpinan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) kepada ajaran agama yang benar.

Karena itu, Lukman menegaskan, pemerintah akan terus melakukan pembinaan kepada warga eks Gafatar yang saat ini berada di penampungan agar kembali kepada ajaran agama yang benar.

"‎Yang terkait dengan keyakinan, itu butuh proses, butuh waktu. Oleh karenanya pembinaan keagamaan, itupun perlu waktu prosesnya. Dan ini harus dipilah-pilah, tidak bisa digeneralisir,"  ujar Lukman usai mengikuti Rapat bersama di Kemenko PMK, Jakarta, Selasa, (2/2/2016).

Terkait keyakinan terhadap ajaran yang dibawa oleh para pimpinan Gafatar, Lukman mengatakan, kadar keyakinan yang dimiliki oleh penganut ajaran tersebut tidak sama. Politisi PPP itu membagi tingkatan keyakinan warga eks Gafatar terhadap ajarannya ke dalam 3 bagian.

Tiga tingkatan tersebut yaitu pengikut, operator ideolog dan ideolog. "Ini harus dipilah-pilah, tidak bisa digeneralisir," kata Lukman.

Ideolog, jelas Lukman, adalah mereka yang memiliki keyakinan sangat kuat terhadap paham keagamaan Gafatar. Kedua operator ideologi, artinya dia bukan pemikir, tapi yang menyebarluaskan ideologi ini. Lalu yang ketiga adalah pengikutnya.

"Kami melihat kebanyakan dari mereka pengikut. Mereka ini korban saja, karena terpengaruh dengan paham ini," ucap Lukman.

Menurut Lukman, untuk mengembalikan pemikiran mereka kepada ajaran yang benar, pendekatan yang dilakukan juga berbeda. Namun, ia memastikan pendekatan tersebut dilakukan dengan cara-cara yang persuasif dan melalui metode dialogis.

"Intinya pendekatan ini penuh empati, bukan kontradiksi ataupun konfrontatif. Tapi dengan membangun dialog, empati, bahwa Millah Abraham, yang mereka yakini itu bahwa orang tidak perlu salat, tidak perlu puasa karena mereka menganggap sudah bukan zamannya melakukan itu, harus dilakukan dengan pendekatan dialog," kata Lukman.

Lukman pun berharap, bila pemikiran dan keyakinan warga eks Gafatar telah kembali kepada agama yang benar, masyarakat juga dapat menerima dengan baik dan tidak mendapatkan perlakuan diskriminatif. ‎

"Kita berharap masyarakat di daerah sana dapat menerima eks Gafatar ini dan kembali berbaur dengan masyarakatnya. Dan kita berharap kepada eks Gafatar ini juga bisa kemudian melebur ke masyarakatnya," ujar Lukman.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya