Liputan6.com, Jakarta - Politikus Partai Gerindra Biem Triani Benyamin siap menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Ia menuturkan, sejak awal terjun ke dunia politik, hasratnya tertumpah untuk memajukan Jakarta.
Menurut Biem, representasi gubernur yang diperlukan masyarakat Jakarta ada dalam dirinya, yaitu tegas dan humanis.
"Keinginan saya saat masuk di politik ini, untuk Jakarta. Passion saya untuk Jakarta. Jakarta butuh sosok pemimpin yang tegas, tidak marah-marah, dan humanis. Kan masyarakat Jakarta majemuk. Kita harus mengangkat kaum minoritas seperti kaum dissable dan kaum miskin," kata Biem di Jakarta, Minggu (28/2/2016).
Terkait konsep kepemimpinannya, Biem mengungkapkan, kelak jika menjadi Gubernur DKI dia akan membangun Jakarta dengan hati. Sebab, sejauh ini Biem melihat pembangunan DKI masih berat sebelah antara pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga
Biem pun menilai sikap tegas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, tak lebih dari sekadar permainan politik jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 mendatang.
"Program andalan pembangunan untuk masyarakat. Jangan cuma membangun secara fisik. Saya lihat saat ini pemerintah lebih membangun otak penuh, perut penuh, dompet penuh. Padahal hati juga harus penuh karena kebahagiaan dan kesejahteraan di hati. Pembangunan sekarang kurang dengan hati," tandas Biem.
Ia pun berpendapat sikap tegas Ahok belakangan yaitu menggusur warga Kampung Pulo dan merelokasi warga Kalijodo adalah pemenuhan kepentingan politik mantan Bupati Belitung Timur itu semata.
"Pembangunan jangan cuma fisik, masyarakat miskin harus terpenuhi secara lahiriah, batiniah, secara kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. (Menggusur Kampung Pulo dan Kalijodo) Untuk memenuhi kebutuhan politis saja. Harusnya dibicarakan kepada masyarakat," ujar Biem mengkritik Ahok.
Kritikan Biem masih berlanjut. Menurut dia kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tak seiring maksimalisasi penyerapan anggaran menjadi poin ketidakcakapan Ahok dalam memimpin. Lalu, ia berpendapat Ahok tak bisa menjalin komunikasi yang santun dengan masyarakat. Penilaian Biem ini didasarkan pada berbagai gesekan Ahok dengan masyarakat.
"Ahok kurang hati, penyerapan anggaran yang kecil, artinya kinerjanya nggak bagus," pungkas Biem.
Advertisement