Liputan6.com, Jakarta - Suhu politik Jakarta jelang Pilkada 2017 mulai memanas. Sejumlah calon gubernur yang akan bersaing, mulai menebar jaring simpati agar bisa menjadi kontestan ajang 5 tahunan tersebut.
Salah satu nama yang tidak mau ketinggalan adalah Yusril Ihza Mahendra. Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) menegaskan keseriusannya untuk bersaing dengan sejumlah cagub DKI, termasuk dengan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang maju melalui jalur independen.
Baca Juga
Sejumlah aksi politik, seperti safari ke tokoh-tokoh partai, blusukan dan sejumlah kegiatan penggalangan dukungan dilakukan mantan Menteri Hukum dan HAM ini.
Advertisement
Berikut sejumlah jurus Yusril untuk menjadi cagub DKI Jakarta:
1. Ketemu Bos Parpol
Guna memuluskan langkahnya menjadi calon gubenur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra mengaku telah bertemu dengan sejumlah elite partai, baik tingkatan DPP maupun tingkat provinsi.
Terakhir, bakal calon gubernur DKI Jakarta ini dengan Ketua DPD Partai Gerindra ‎DKI Jakarta M Taufik, Sabtu ini. Pertemuan yang berlangsung 1 jam ini membahas Pilkada DKI 2017.
Dalam kesempatan itu, pakar hukum tata negara tersebut mengaku akan tunduk dan mematuhi segala aturan Partai Gerindra dan Ketua Umum Prabowo Subianto, jika memang diusung jadi calon gubernur.
"Saya akan tunduk untuk mematuhi segala aturan Partai Gerindra. Bila memang ada formulirnya, saya akan isi untuk menjadi calon gubernur dari Gerindra," kata Yusril usai pertemuan di kawasan Jalan Ampera, Jakarta Selatan, Sabtu (19/3/2016).
Untuk membahas lebih jauh lagi Pilkada DKI 2017 ini, Yusril akan sowan ke Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam waktu dekat ini.‎
"Hari ini atau besok saya akan bertemu dengan Pak Prabowo, supaya mendapat arahan dari beliau soal Pilkada DKI 2017," ucap dia.
Advertisement
2. Jadi Khotib Salat Jumat
Yusril didapuk menjadi khatib atau penceramah saat salat Jumat di Masjid Nurul Irfan, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat 18 Maret kemarin.
Yusril yang tiba sekitar pukul 11.30 WIB, langsung menyapa dan menyalami mahasiswa saat turun dari mobilnya. Berbalut kemeja putih dan celana panjang hitam, dia bergegas menuju masjid.
Usai salat Jumat, Yusril tiba-tiba didatangi seorang mahasiswa di depan masjid. Dia langsung menyampaikan dukungannya untuk pencalonan Yusril pada Pilkada DKI Jakarta.
Yusril menyatakan, aktivitas dirinya menjadi khatib salat Jumat bukan kampanye politik.
"Saya tidak mengadakan kegiatan politik apa pun di masjid ini karena itu tidak boleh. Jadi kawan-kawan jangan salah mengerti, seolah-olah di masjid (terkait politik)," kata Yusril di depan Masjid Nurul Irfan, UNJ, Rawamangun, Jumat.
Yusril mengatakan, jika ada warga yang hendak memberikan dukungan, ia menyarankan supaya hal tersebut dilakukan setelah selesai salat Jumat. Sebab, jangan sampai niat baik yang dilakukan malah mengganggu kegiatan ibadah.
"Kalau mereka mau memberikan dukungan setelah salat, Alhamdulillah. Sudah pasti kami tidak akan menjadikan masjid untuk melakukan kegiatan politik. Saya paham itu," kata Yusril.
3. Blusukan ke Kampung
Tidak hanya safari ke sejumlah petinggi partai, Yusril Ihza Mahendra juga menggalang dukungan dari masyarakat bawah.
"Silaturahim pendekatan ke masyarakat paling bawah, dan mendengarkan suara masyarakat bawah. Optimistis kita berhasil menang, waktu masih panjang. Kita akan menyusun kekuatan dari bawah ngalahin petahana," ujar Yusril di Masjid Ittihadul Muslimin, Jakarta Utara, Jumat 11 Maret 2016.
Dari resep tersebut, dia yakin bisa mengalahkan lawan-lawannya, khususnya Ahok di Pilgub Jakarta 2017 mendatang.
"Kalau head to head optimis saya di atas 50 persen lah ya. Masyarakat antusias itu jika saya datang ke kampung-kampung. Masyarakat senang lihat saya datang," ujar dia.
Saat ini, pakar hukum tata negara itu sudah 'blusukan' ke permukiman padat penduduk di Jalan Lodan Dalam, Jakarta Utara. Namun dia menampik jika kunjungannya itu disebut kampanye.
"Ini kan kunjungan silaturahim. Kalau mau dianggap kampanye silakan," kata Yusril.
Menurut Yusril, niat untuk bisa memimpin Jakarta itu timbul di saat banyak masalah yang muncul di Ibu Kota. Macet, banjir, dan pembangunan yang kini masih dianggap tidak berpihak kepada rakyat miskin.
"Ya, sudah lama keprihatinan mendalam tentang masalah lahan. Walaupun adanya pembangunan tapi level di bawah terjadi pemiskinan. Pembangunan harus ada konsep kesejahteraan," tutur Yusril.
Advertisement
4. Tiru Cara SBY
Yusril mengaku sejumlah langkah yang dilakukan jelang Pilkada DKI mengikuti cara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada saat pemilihan presiden.
"Ya ini kan iktibar Pak SBY. Mengikuti kata orang. Sama seperti silaturahmi ke rumah Pak Dhani. Besok pun kita akan bertemu dengan Adhyaksa Dault," ujar Yusril saat di kediaman Dhani, Jakarta, Jumat 4 Maret 2016.
Mantan Menteri Kehakiman di era Presiden Aburrahman Wahid atau Gus Dur itu merasa yakin, bisa mengalahkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang berniat maju pilkada lagi.
Walaupun demikian, dia enggan mengungkapkan apa saja 'amunisi' untuk mengalahkan Ahok.
"Kalau dalam ilmu, itu ada asumsi. Nah asumsi-asumsi itu harus dibuktikan. Asumsi sekarang kan petahana menang. Tapi saya yakin, ada hipotesis untuk mengalahkan. Nanti kita uji di lapangan. Kita lihat nanti," ungkap Yusril.
Meski menggunakan jurus SBY, Yusril yang sempat masuk dalam konvensi calon presiden 2014 ini belum bisa memastikan partai berlambang bintang mercy tersebut mendukung dia.