Korban Helikopter Jatuh Ingin Tangkap Teroris Santoso Hidup-hidup

Ontang, salah satu korban helikopter jatuh di Poso dikenal supel atau mudah bergaul.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 21 Mar 2016, 12:44 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2016, 12:44 WIB
20160321-korban heli-jakarta-rumah duka
Karangan bunga dan ucapan duka cita sudah berjajar di rumah duka Kolonel Ontang. (Liputan6.com/Taufiqurrahman)

Liputan6.com, Jakarta - Kolonel Infantri Ontang RP turut menjadi korban jatuhnya helikopter nahas milik TNI AD jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171. Perwira menengah yang juga sempat bertugas di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu baru sebulan diperbantukan bertugas di Badan Intelijen Negara (BIN).

"Baru sebulan di BIN, diperbantukan," ujar mantan anak buah Ontang, Kolonel (Purn) Fauka Nur Farid saat melayat di rumah duka Kompleks Perwira Angkatan Darat, Cijantung, Jakarta Timur, Senin (21/3/2016).

Fauka lalu mengenang sosok Ontang yang dinilainya sebagai orang yang supel atau mudah bergaul. Saat tugas bersama di Tim Mawar Kopassus dulu misalnya, cerita dia, Ontang tak pernah merasa canggung untuk bergaul dengan juniornya.

"Senior saya, dari saya lettu, dia sudah kapten. Tinggal kita bersebelahan di kompleks. Dia supel, tidak bedain senior-junior. Di daerah tugas dia memiliki semangat," kenang Fauka.

Adapun motivasi Ontang bertugas di BIN, lanjut dia, ialah ingin menangkap pimpinan teroris Poso, Santoso. Bahkan, keduanya sempat terlibat perbincangan tentang mimpi yang bakal ia tunaikan itu.

"Dia sempet bilang, mau ke BIN karena mau nurunin (menangkap) Santoso hidup-hidup, itu janjinya dia. Angkatan 1990, kami di Tim Mawar sama-sama, sempat di Aceh tugas juga," Fauka menandaskan.

Helikopter milik TNI AD jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171, jatuh di Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 13 Penumpangnya, termasuk pilot, meninggal dunia akibat peristiwa itu. Dugaan kuat, helikopter jatuh karena cuaca buruk.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya