Liputan6.com, Jakarta - Perwakilan Dokter Indonesia Bersatu (DIB), Agung Sapta Adi, menilai peredaran vaksin palsu yang terkuak saat ini menunjukkan negara gagal melindungi masyarakatnya. Hal itu karena vaksin palsu sudah beredar selama 13 tahun.
"Peredaran vaksin palsu ini karena buruknya sistem kesehatan dan ini gagalnya negara dalam melindungi rakyatnya, begitu buruknya pengawasan terhadap obat," ungkap Agung di diskusi 'Darurat Farmasi: Melawan Pemalsuan Vaksin dan Obat' di kawasan Kuningan, Jakarta, Minggu (24/7/2016).
Dia menyatakan, peredaran vaksin palsu ini seperti gunung es yang sulit dilihat dasarnya.
"Vaksin palsu yang sudah berjalan selama 13 tahun ini seperti gunung es yang dasarnya mana kiat enggak bisa tahu, tapi justru malah justru ini yang lebih berbahaya," ujar Agung.
Dokter spesialis anestesi ini mencontohkan, gagalnya pengawasan pemerintah salah satunya terlihat dari maraknya obat yang dijual secara online. Obat-obatan tersebut, kata Agung, dijual secara ilegal dan bahkan ada yang bisa sampai menyebabkan penggunanya meninggal.
"Obat-obat yang dijual online seperti vitamin dan bahkan obat yang dipakai untuk proses operasi, bukan cuma menyebabkan orang pingsan di dalam ruang operasi tetapi bisa langsung meninggal dunia," ujar Agung.
Tak hanya itu, ia pun menyesalkan ada Multi Level Marketing (MLM) yang menjual produk berupa obat-obatan, meskipun dengan dalih suplemen.
"Begitu mudahnya dalih suplemen itu masuk ranah kita. Kita bisa lihat kesehatan dan bisnis jadi satu, padahal keduanya adalah hal yang sangat jauh berbeda," beber Agung.
Karena itu, pihaknya pun meminta pemerintah segera bertindak agar hal ini tidak semakin menyebar dan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.
"Kalau soal vaksin palsu, mereka yang tersangkut sudah pasti hukumnya pidana dan pemerintah harus segera tuntaskan masalah ini," pungkas Agung.
DIB: Vaksin Palsu Beredar karena Pengawasan Buruk
Agung menyatakan, peredaran vaksin palsu ini seperti gunung es yang sulit dilihat dasarnya.
diperbarui 24 Jul 2016, 16:19 WIBDiterbitkan 24 Jul 2016, 16:19 WIB
Vaksin dipalsukan dengan diganti cairan natrium clorida 0,9 persen yang merupakan cairan infus vaksin hepatitis dan antigen pertusif.... Selengkapnya
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
Live dan Produksi VOD
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Prabowo Ajak Erdogan Perkuat Sektor Perdagangan Indonesia-Turki
DLHK Kota Depok Cek Limbah Pabrik Pengolahan Bahan Makanan yang Diprotes Warga
Cara Menangani Genitalia Ambigu pada Bayi, Ketahui Pula Penyebab dan Gejalanya
Profil Iqlima Kim, Sosok Wanita Cantik yang Ramai dalam Perselisihan Hotman Paris vs Razman
Tips Membiasakan Anak Rutin Sikat Gigi Setiap Hari, Lakukan Cara Ampuh Ini
10 Makanan yang Menurunkan Kolesterol Jahat Secara Alami
Indonesia jadi Negara ke-2 di Asia yang Dikunjungi Presiden Turki Erdogan
350 Caption Sunset Aesthetic untuk Momen Indah di Instagram
Kenali Disgrafia pada Anak, Gangguan Menulis yang Sering Tidak Disadari
Tersangka Korupsi Dana PEN di Gorontalo Bertambah, Kejari Kembali Tahan 3 Orang
Harga Saham Melonjak, Multipolar Technology Beri Penjelasan
Florida Pertimbangkan Investasi 10 Persen Dana Negara ke Bitcoin