Liputan6.com, Jakarta - Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang wafat pada Senin, 21 April 2025 di usia 88 tahun, meninggalkan warisan yang begitu menginspirasi: kesederhanaannya.
Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) periode 2022-2025 Antonius Subianto Bunjamin mengatakan akan menggelar Misa Requiem untuk Paus Fransiskus. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025).
Baca Juga
“Biasanya kita melakukan yang disebut dengan Misa Requiem yaitu Misa untuk orang sakit. Misa untuk mendoakan arwah roh orang yang sudah meninggal. Semoga dosanya diampuni oleh Tuhan. Jasa dan cintanya dikenang dan dihargai. Sehingga yang bersangkutan, beliau beristirahat dalam damai,” kata Uskup Anton.
Advertisement
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik dunia, namun kesederhanaan yang menjadi ciri khasnya sepanjang hidup, bahkan hingga rencana pemakamannya, akan selalu dikenang. Sikap ini terlihat jelas dalam berbagai aspek kehidupan Paus, mulai dari tempat tinggal hingga cara beliau berinteraksi dengan sesama.
Kehidupan Paus Fransiskus mencerminkan komitmennya pada pelayanan, bukan pada kekuasaan. Ia memilih tinggal di Casa Santa Marta, sebuah hotel sederhana di Vatikan, bukan di Istana Kepausan yang megah.
Dalam kunjungannya ke Indonesia pada September 2024, ia menggunakan pesawat komersial dan mobil Toyota Innova Zenix, menolak kemewahan dan keistimewaan yang biasanya melekat pada jabatannya. Kesederhanaan ini juga terlihat dalam penampilannya; ia dikenal mengenakan sepatu hitam sederhana dan mobil Ford usang.
Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mengungkapkan kekagumannya pada kesederhanaan Paus Fransiskus. Kardinal Suharyo menceritakan bagaimana Paus selalu menyambut para uskup dengan hangat dan penuh kesederhanaan, bahkan datang lebih awal untuk menyapa mereka.
Sikap egaliter dan rendah hati Paus ini juga terlihat saat beliau bergabung dengan para kardinal lainnya dalam jeda minum selama pertemuan.
Kehidupan Sederhana, Warisan Berharga
Kesederhanaan Paus Fransiskus bukan hanya sekadar gaya hidup, melainkan refleksi dari kepemimpinannya. Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati terletak pada pelayanan dan kerendahan hati, bukan pada kemewahan dan kekuasaan. Pilihan-pilihan hidupnya, dari tempat tinggal hingga transportasi, menunjukkan komitmennya untuk hidup sederhana di tengah budaya konsumerisme yang kuat.
Bahkan dalam rencana pemakamannya, kesederhanaan tetap menjadi prioritas. Paus Fransiskus menginginkan upacara pemakaman yang tidak menampilkan kemegahan, melainkan keagungan yang terpancar dari pribadi dan pelayanannya. Hal ini sejalan dengan revisi ritus pemakaman Paus yang beliau lakukan sebelum wafat, dengan tujuan menyederhanakan ritual tersebut.
Kardinal Suharyo menekankan bahwa kesederhanaan Paus Fransiskus tercermin dalam pilihan-pilihan hidupnya, termasuk kunjungannya ke Indonesia.
"Beliau selalu mengatakan ‘saya selalu melihat wajah-wajah dengan senyum, tidak ada wajah-wajah yang sangar, marah, selalu dengan senyum’," kenang Kardinal Suharyo, menggambarkan kesan positif Paus Fransiskus terhadap masyarakat Indonesia.
Advertisement
Inspirasi dari Kesederhanaan
Kesederhanaan Paus Fransiskus menjadi teladan bagi banyak orang. Ia menunjukkan bahwa kekayaan bukanlah ukuran keberhasilan, melainkan tindakan dan kontribusi kepada masyarakat. Dengan menolak kemewahan dan hidup sederhana, ia membuktikan bahwa seorang pemimpin dapat menjadi contoh yang baik.
Gaya hidup Paus Fransiskus juga mengingatkan kita pada kesederhanaan Rasulullah SAW. Keduanya menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati berakar pada pelayanan, kerendahan hati, dan kepedulian terhadap sesama, bukan pada kekayaan dan kekuasaan duniawi. Kisah hidup mereka menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjalani hidup yang lebih bermakna.
Paus Fransiskus meninggalkan warisan yang begitu berharga: kesederhanaan sebagai kunci kepemimpinan sejati. Semoga kesederhanaannya menginspirasi kita untuk hidup lebih rendah hati dan melayani sesama.
Dalam dunia yang sering kali diwarnai oleh ambisi dan materialisme, Paus Fransiskus mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan. Ia menunjukkan bahwa dengan memberikan kepada orang lain, kita dapat menemukan makna sejati dalam hidup.
Dengan menolak gaji dan hidup dalam kesederhanaan, ia telah membuktikan bahwa seorang pemimpin dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
