Liputan6.com, Jakarta - Sengketa antara yayasan dan rektorat Trisakti tak juga berakhir. Mereka terlibat konflik selama 14 tahun. Pihak yayasan yang 'terusir' sejak 2002 tak terima begitu saja.
"Kita sudah bersengketa dengan mereka (rektorat) sebanyak 9 perkara perdata. Kami memenangkan semua persidangan," ujar Sekretaris Yayasan Trisakti, Chairuman Armia pada Liputan6.com, Selasa (30/8/2016).
Chairuman menyebutkan, mereka adalah korban dari tumpulnya hukum Indonesia. Sebab, kemenangan Yayasan Trisakti di pengadilan ternyata tak mampu berbuat apa-apa.
Advertisement
Hal itu terbukti dari tujuh kali gagalnya eksekusi sejak 2011. Selama lima tahun ke belakang, Yayasan Trisakti tak pernah berhasil masuk ke kampus A Trisakti yang menjadi tempat bersejarah kala reformasi 1998.
"Sejak 2002 kami diusir dan terus dihalang-halangi masuk ke kampus," kata Direktur Operasi Yayasan Trisakti Sulistiawaty Toelle.
Pihak yayasan baru berhasil masuk pada saat kerusuhan 24 Agustus lalu. Pihak yayasan memasukkan 60 satpam baru untuk mengawal rektor yang ditunjuk Menristek Dikti.
"Itu pertama kali saya menginjakkan kaki di Kampus Trisakti, tapi situasi tak kondusif, saya dikawal satpam. Kami pilih meninggalkan lokasi dan kembali ke sini (kampus Trisakti)," ujar Edy Suandi Hamid yang mengaku ditunjuk menteri untuk memimpin Trisakti.
Sengketa kepemilikan Trisakti pun memakan korban. Para mahasiswa terkendala kuliah. Setiap ada bentrokan, mahasiswa tak dapat kuliah, tertunda pengurusan wisudanya. Terakhir pada 24 Agustus lalu, penerimaan mahasiswa baru terganggu.
"Kita seharusnya duduk bersama dalam satu forum, bukan dengan menghadirkan preman dan cara-cara kekerasan seperti ini, tunjukkan keintelektualan," ujar Sekretaris Senat Universitas Trisakti, Dadan Umar Daihani.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir berjanji akan menggelar forum yang akan mempertemukan kedua pihak, yakni pengelola Universitas Trisakti dan Yayasan Trisakti beserta dengan mahasiswa.
Namun, kedua belah pihak tetap merasa benar. Yayasan Trisakti mengaku berhak atas pengelolaan kampus yang masuk dalam wilayah Jakarta Barat itu. Sementara pihak kampus menginginkan kampus ini jadi milik negara.
"Sebelum Pak Nasir (Menristekdikti), kami sudah hampir 98 persen menjadi Universitas Negeri. Tapi, karena konflik ini mencuat lagi, kami terpaksa berusaha dari awal lagi," ucap Dadan.
Saat ini, di kampus Universitas Trisakti sendiri, tak ada geliat berarti. Aksi kemarin didiskusikan beberapa mahasiswa dalam ruangan mereka masing-masing.