Liputan6.com, Jakarta - Pendudukan Kampus Trisakti di kawasan Grogol, Jakarta Barat oleh puluhan pria yang diduga preman pada Rabu kemarin, bermula pada pukul 03.00 WIB. Saat itu puluhan satpam merangsek masuk ke Kampus A Trisakti, lalu pada pagi harinya para preman itu ditangkap.
"Kalau preman itu kami tak tahu, mungkin saja dari pihak lain," ujar Direktur Operasi Yayasan Trisakti Sulistiawaty Toelle pada Liputan6.com, di kampus School Of Management Trisakti, Jakarta Barat, Kamis (25/8/2016).
Namun, dia mengakui jika ada dari pihaknya yang masuk ke kampus A. Yayasan memang memerintahkan sebanyak 60 orang satpam berseragam untuk masuk dan menggantikan satpam-satpam Kampus A Trisakti.
Advertisement
"Satpam-satpam di sana kan terus melarang kita masuk, makanya kita kirim 60 satpam baru. Sebab, kita dihalang-halangi masuk oleh satpam yang lama," jelas Sulistiawaty.
Hal ini dibenarkan rektor yang ditunjuk yayasan yakni Edy Suandi Hamid. Dia mengaku masuk bersama satpam yang memakai seragam berbeda dari satpam Kampus A Trisakti.
"Saya masuk kampus itu untuk pertama kalinya Rabu kemarin, dikawal satpam dari pihak yayasan. Sampai di dalam, kita ingin berunding dan berdialog, tapi keadaan tak kondusif," kata Edy.
Ia kembali ke Kampus School Of Management Trisakti, namun setelah salat zuhur, ia kembali dipanggil karena Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi datang. Edy mengaku ikut dalam dialog bersama Menteri Mohammad Nasir, pihak Universitas Trisakti, mahasiswa dan pihak Yayasan Trisakti.
"Masih belum ada titik temu, kalau saya disuruh mundur ya saya mundur, tapi ini kan (jadi rektor) atas keputusan menteri yang tak bisa saya tolak karena secara abdi negara, saya adalah bawahan Beliau (menteri)," dalih Edy.
Sebelumnya, kampus A Trisakti sempat dikuasai oleh mereka yang diduga preman bayaran. Mereka membawa bambu, bensin dan ban bekas. Sempat terjadi ketegangan hingga polisi datang dan menangkap mereka.