Pusat Studi Islam di Indonesia Akan Hasilkan Cendekiawan Muslim

Komarudin Hidayat mengatakan bahwa pertemuan mereka hari ini untuk mematangkan konsep dan lahannya.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 28 Des 2016, 06:10 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 06:10 WIB
komarudin-hidayat-130925-b.jpg

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Komarudin Hidayat bersama pejabat Kementerian Agama dan Sekretariat Wakil Preseden (Setwapres) mengunjungi rumah dinas Wakapolri Komjen Syafruddin di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Mereka membahas perencanaan pembangunan pusat studi Islam yang akan bernama Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).

"Profesor kita mau membangun pusat studi Islam di Indonesia," kata Syafruddin di kediaman dinasnya, Jakarta, Selasa (27/12/2016).

Untuk pembangunan UIII, Syafruddin mengatakan pihaknya akan ikut berperan aktif. Termasuk mengumpulkan para guru besar pendidikan Islam dari Indonesia maupun luar negeri.

"Kami kumpulkan itu di Universitas International Indonesia yang akan dibangun jadi pusat peradaban Islam di Indonesia. Ini sudah dimulai," kata dia.

Komarudin Hidayat mengatakan bahwa pertemuan mereka hari ini untuk mematangkan konsep dan lahannya.

"Pak Syafrudin sebagai wakapolri terlibat aktif untuk ikut membangun. Sekarang kami pada tahap bagaimana mematangkan lahannya, konsepnya dan sosialisasi ke dunia," ujar Komarudin.

Pembangunan UIII, lanjutnya sudah menjadi program pemerintah guna menghasilkan para cendekiawan muslim Indonesia. Selama ini studi tentang Islam selalu berpusat di Timur Tengah. Untuk itu, Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla pun telah membentuk panitia untuk pendirian UIII.

"Radikalisme begitu melonjak, di Timur Tengah krisis, sehingga orangtua pun was-was mengirimkan anaknya studi ke sana. Jadi banyak yang menyarankan mestinya pusat studi Islam itu di Indonesia. Datangkan profesor yang bagus-bagus ke Indonesia," ujar Komarudin.

Kebutuhan untuk membangun pusat studi Islam di Indonesia sudah cukup mendesak. Terutama karena radikalisme yang terus menjalar melahirkan benih-benih teroris, salah satunya di Indonesia.

"Ini semakin dirasakan urgent lebih-lebih ketika radikalisme teroris di Indonesia muntahan dari Timur Tengah," kata Komarudin.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya