Liputan6.com, Fes - Di mana lokasi universitas tertua di dunia? Orang mungkin akan menjawab Eropa atau China. Ternyata bukan demikian.
Universitas tertua yang masih ada hingga saat ini di muka Bumi ada di Maroko yang didirikan pada 859 Masehi.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Ancient Origins pada Kamis (22/12/2016), Al-Qarawiyyin diakui oleh UNESCO dan Guinness World Records sebagai universitas tertua yang masih ada dan terus beroperasi, sekaligus sebagai lembaga pendidikan pertama yang menerbitkan gelar sarjana.
Universitas Al-Qarawiyyin terletak di kota Fes, yang dulunya merupakan pusat keagamaan dan pendidikan dalam dunia Islam.
Yang lebih menarik, universitas itu didirikan oleh seorang muslimah bernama Fatima al-Fihri, yang berasal dari Tunisia.
Latar Belakang Fatima al-Fihri
Lebih dari 1.200 tahun lalu, Mohammed al-Fihri dan keluarganya pindah dari Qayrawan (sekarang Tunisia) ke Fes. Keluarga itu termasuk salah satu dari banyak migran yang pindah dari berbagai wilayah Afrika Utara menuju kota-kota makmur di Maroko.
Bersama dengan para pendatang dari Qayrawan, keluarga itu membentuk komunitas di distrik barat kota.
Mohammed al-Fihri adalah seorang pedagang yang kaya dan memiliki 2 putri, Fatima dan Mariam yang sama-sama terdidik dan taat beragama. Ketika ayah mereka meninggal, Fatima dan Mariam mendapatkan warisan dalam jumlah luar biasa.
Fatima memandang hal itu sebagai berkah Allah dan bersumpah menggunakan seluruhnya untuk membangun sebuah masjid dan pusat pembelajaran agar kaum Qayarwan dapat memajukan Islam.
Tidak banyak yang diketahui tentang Fatima atau kerabat al-Fihri lainnya. Yang jelas, kisah tentangnya mengungkap peran wanita dalam masyarakat Islam pada masa itu.
Fatima memang bukan satu-satunya wanita yang mendirikan masjid, tapi rumah ibadah yang dibangunnya adalah yang tertua yang masih beroperasi.
Advertisement
Salinan Hadis Nabi Tertua
Perpustakaan Al-Qarawiyyin menjadi bagian hakiki dari upayanya untuk kemajuan agama dan pendidikan. Hari ini, perpustakaan itu juga diakui sebagai yang tertua sedunia.
Perpustakaan memiliki lebih dari 4.000 manuskrip, beberapa di antaranya bertarikh hingg Abad ke-9. Salah satu yang penting adalah kumpulan hadis Nabi Muhammad yang diduga merupakan salinan tertua yang masih ada sekarang.
Universitas itu mencakup pembelajaran kerohanian yang menjadi jantung peradaban Islam di saat Imperium Islam membentang dari Spanyol hingga India. Walaupun berada di pinggiran imperium, para sarjana dan seniman dari segenap penjuru dunia saat itu datang ke Maroko.
Pada awalnya, Al-Qarawiyyin didirikan sebagai sebuah meajid yang dilengkapi dengan sebuah madrasah agar masyarakat Fex dapat menjalankan agama sambil memperluas pengetahuan dalam urusan kerohanian.
Bermula dari ajaran Alquran, madrasah itu meluas mengajar tentang tata bahasa Arab, kaligrafi, matematika, musik, kimia, hukum, mistisisme Sufi, kedokteran, astronomi, sejarah, geografi, dan sastra.
Menghasilkan Sarjana Terhormat
Aspek pendidikan Al-Qarawiyyin meroket dengan cepat.
Al-Qarawiyyin menjadi terkenal di dunia sebagai tempat bagi diskusi hebat dan debat dalam hal keagamaan, pendidikan, dan politik.
Selain topik yang beragam, universitas itu menarik minat para pengajar paling bermutu pada masanya. Lamaran untuk jadi mahasiswa pun membanjir, sehingga pihak administrator harus menerapkan sistem seleksi yang ketat.
Beberapa syarat yang masih berlaku sekarang bagi para calon mahasiswa adalah menghafal seluruh isi Alquran agar layak melamar.
Dengan penghormatan yang tinggi, tentu saja universitas itu menarik beberapa sultan dan saudagar kaya raya yang ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan kelas satu.
Mereka menjadi pendukung Al-Qarawiyyin dan menyumbangkan subsidi besar-besaran, hadiah, dan harta karun kepada universitas, terutama buku dan manuskrip yang sangat jarang pada Abad ke-9.
Universitas tersebut menghasilkan beberapa "sarjana terhormat yang memberi pengaruh kuat pada dunia intelektual dan akademik dalam dunia Islam."
Beberapa nama besar antara lain Abu Abullah Al-Sati, Abu Al-Abbas al-Zwawi, Ibn Rashid Al-Sabti (wafat 21 H/1321 M), Ibn Al-Haj Al-Fasi (wafat 737 H/1336 M), dan Abu Madhab Al-Fasi yang memimpin generasinya dalam studi mazab Maliki.
Advertisement
Kemajuan Para Cendekiawan Muslim
Pada saat Eropa terpuruk dalam Masa Kegelapan, masyarakat Islam sedang berkembang karena jasa para cendekiawan muslim yang menyimpan dan menterjemahkan karya-karya Yunani dan Romawi Kuno.
Karena dekatnya Maroko dan Spanyol, bangsa Eropa kemudian dapat menyerap kebijakan dari para cendekiawan Islam dan Yunani tersebut.
Menurut "The Foundation for Science, Technology and Civilization" (2016), "Di antara para saksi Kristen tentang kontribusi al-Qarawiyyin adalah Gerbert dari Aurillac (930-1003), yang terkenal sebagai Paus Sylvester II, dan dipandang berjasa memperkenalkan penggunaan angka nol dan sistem penomoran Arab."
Walaupun melimpahnya pengetahuan yang ada di al-Qarawiyyin, bangsa Eropa saat itu masih memandang rendah. Ketika Prancis menguasai Maroko, mereka mencoba merombak universitas tersebut. Upaya itu gagal dan sampai sekarang para cendeliawan masih terus mempelajari dan membahas Quran.