Komentar PDIP Atas Hasil Survei Poltracking untuk Pilkada Jatim

Dari hasil survei ini, nama Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf yang juga kader Nahdlatul Ulama menempati posisi pertama.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 11 Jun 2017, 22:31 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2017, 22:31 WIB
Hasto Kristiyanto
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto saat mengunjungi kantor Liputan6.com, di SCTV Tower, Jakarta, Senin (6/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei Poltraking Indonesia mengeluarkan hasil survei untuk Pilkada Jawa Timur 2018. Dari hasil survei ini, nama Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf yang juga kader Nahdlatul Ulama menempati posisi pertama (32.29 persen).

Sedangkan posisi kedua ditempati kader PDIP yang juga Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (27.08 persen), lalu Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (19.11 persen), dan Abdullah Azhar Anas (8.47 persen).

Saat dimintai tanggapannya atas hasil survei Poltracking tersebut, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, pihaknya akan mendengarkan suara warga Nahdliyyin atau NU yang memang basis massanya berada di Jatim.

"PDIP akan mendengarkan suara Nadliyin, sangat penting kerja sama dengan Nadliyin.
Terlebih PDIP dan PKB, ketika Ibu Mega dengan Gus Dur menghadapi rezim otoriter selalu berkomunikasi," kata Hasto usai menghadiri rilis survei Polrracking di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (11/6/2017).

Hasto berujar, di Jawa Timur PDIP lebih nyaman berkoalisi dengan PKB sebagai partainya warga NU. Adapun untuk opsi calon jika berkoalisi dengan PKB, Hasto menambahkan, hal tersebut nanti akan diputuskan siapa kadernya yang dianggap potensial untul dipilih.

"Di Jatim kami lebih nyaman dengan PKB. Pertama Gus Ipul (Saifullah Yusuf) sebagai calon yang bisa dikombinasikan dengan PDIP. Opsi kedua, kepala daerah dari PDIP yang berprestasi juga dapat kesempatan dipromosikan ke atas. Opsi ketiga, dorong kader internal untuk maju," ujar dia.

Hasto mengatakan, koalisi dengan PKB di Jatim tidak hanya untuk masa pilkada saja. Melainkan juga untuk isu-isu strategis lainnya, termasuk membuka koalisi dengan partai politik lain di Jatim.

"Itu untuk dicermati, selain untuk perkuat elektabilitas, tetapi juga untuk kerja sama yang dinilai partai akan strategis. Ini masih cukup cair, karena penetapan masih Oktober. Jadi masih cukup waktu untuk komunikasi dengan partai lain," kata Hasto.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya