Liputan6.com, Karangasem - Gunung Agung yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali meletus sejak Selasa 21 November 2017. Dari awal letusan, gunung tertinggi di Bali itu sudah berulang kali menyemburkan abu vulkanik berwarna kelabu setinggi 3.000 meter.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana mengatakan, posisi magma Gunung Agung sudah berada di permukaan gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut.
"Dari hasil citra satelit NASA Modis terdeteksi ada 70 megawatt. Hal itu mengindikasikan magma dari dasar Gunung Agung sudah mencapai permukaan," kata Devy, di Bali, Selasa (28/11/2017).
Advertisement
Devy menjelaskan, Gunung Agung pada saat ini membutuhkan waktu dan tenaga untuk memuntahkan semua isi perutnya. Warga diminta agar mematuhi imbauan yang dikeluarkan oleh petugas.
"Biarkan Gunung Agung sendiri dulu. Berikan dia kesempatan beraktivitas. Untuk warga agar mematuhi semua perintah yang dikeluarkan dari pihak terkait. Jangan bandel," kata dia.
Ia pun mengimbau warga di sekitar Gunung Agung agar segera mengungsi ke lokasi aman sesuai yang direkomendasikan oleh pemerintah.
"Gunung Agung lagi ingin sendiri. Hormati dan ikuti saja itu, nanti kalau dia sudah selesai beraktivitas, dia pasti akan kembali normal lagi," ujar dia.
Â
Gunung Agung Minta Waktu
Sejak meletus 1963, Gunung Agung sudah banyak memberikan banyak keuntungan untuk masyarakat Bali, khususnya di kawasan sekitarnya. Mulai dari kualitas sumber daya alam dan pariwisatanya.
"Jika Gunung Agung sudah selesai beraktivitas, semua kondisi akan berjalan normal lagi. Warga akan kembali mendapat manfaat darinya. Langkah bijak kita ya, biarkan dulu gunungnya sendiri. Memang dia ingin menyendiri, mungkin. Setelah selesai, silakan warga kembali ke rumahnya," terang dia.
Status Gunung Agung telah dinaikkan menjadi Awas atau level IV dari sebelumnya Siaga atau level III. Zona bahaya pun berubah dari radius 6 kilometer dengan sektoral 7,5 kilometer menjadi radius 8 kilometer dengan sektoral 10 kilometer. Ada 17 desa yang masuk dalam zona Kawasan Rawan Bahaya (KRB) III. Wilayah itu harus streril dari aktivitas manusia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement