Liputan6.com, Jakarta - Pandai, hebat, cerdas. Inilah kata-kata yang terus diulang terapis ketika autisi sebutan bagi anak penyandang autis mampu mengikuti instruksi. Memegang anggota tubuh atau menunjuk objek di ruangan sekilas terlihat sederhana. Namun, bagi autisi yang kerap kesulitan memahami sesuatu, kemampuan ini menjadi salah satu indikasi perkembangan yang signifikan.
Suasana kelas dibuat menyenangkan, salah satunya dengan penggunaan reward atau hadiah agar anak termotivasi belajar. Dalam metode ABA atau Applied Behaviour Analysis, proses pembelajaran dibuat sistematis sesuai tingkat kesulitan yang membutuhkan latihan intensif 40 jam per minggu.
"Kelebihan lagi adalah terukur. Jadi kita punya lembar penilaian bisa tahu progres si anak dan kemajuan anak atau kemunduran si anak dan kita bisa pantau," ujar Rudi dr Sutadi Seperti ditayangkan Liputan6 Pagi SCTV, Rabu (11/4/2018),
Advertisement
Untuk mendapat hasil nyata, Metode ABA dijalankan beriringan dengan Metode BIT atau Biomedical Intervention Therapy. Artinya penyandang autis harus terbebas dari segala paparan bahan kimia di lingkungannya serta menjauhi penggunaan gadget. Secara umum penyandang autis memerlukan waktu dua hingga tiga tahun untuk bisa dinyatakan sembuh.
"Yang paling pertama saya bisa mengetahui banyak hal. Kedua saya bisa belajar lebih lagi dan saya bisa menambah kepekaan saya terhadap orang lain. Apalagi banyak anak autis diterapi di sini. Sehingga saya bisa lebih baik lagi," ujar Rendy Adrista, salah satu mantan penyandang autis.
Autisme merupakan gangguan perkembangan syaraf yang membuat seseorang kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi. Gejalanya bisa terlihat sebelum usia tiga tahun sehingga bisa dideteksi sejak dini.