Pengertian
Autisme merupakan gangguan perkembangan fungsi otak. Gangguan ini mencakup bidang sosial dan fungsi afek, komunikasi verbal (bahasa) dan non verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup interest (minat), kognisi dan atensi.
Ada beberapa perilaku yang sering dilaporkan oleh orang tua dengan anak autisme. Seperti keterlambatan berbicara dari anak-anak sepantarannya, perilaku acuh dan tak acuh, atau cemas jika anaknya dicurigai tuli.
Kebiasaan yang di luar perilaku normal ini biasanya sudah terlihat saat anak berusia 3 tahun. Pada saat-saat inilah biasanya orang tua menyadari bahwa ada yang berbeda pada anak mereka.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik yang bisa ditemukan pada pasien dengan autisme adalah adanya gejala autisme. Seorang anak akan diperiksa mulai dari tinggi dan dan berat badan, hingga pemeriksaan tubuh secara general untuk melihat adakah kelainan atau tidak.
Beberapa pemeriksaan yang akan dilakukan dokter sebelum memberikan diagnosis antara lain:
• Pemeriksaan perilaku anak
• Pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan pendengaran)
• Pemeriksaan lanjutan (misalnya: pemeriksaan kromosom, pemeriksaan EEG, dan MRI)
• Pemeriksaan perkembangan anak seperti M-CHAT
Gejala
Gejala pada anak autisme biasanya sudah terlihat sebelum anak berusia 3 tahun. Beberapa gejala yang bisa diperhatikan antara lain tidak adanya kontak mata dan tidak adanya respons terhadap lingkungan.
Jika tidak dilakukan terapi, maka setelah usia 3 tahun perkembangan anak akan berhenti atau mundur. Seperti tidak mengenal suara orang tuanya dan tidak mengenali namanya.
Beberapa pakar mengungkapkan 3 gejala pada penderita autisme klasik, yaitu:
• Gangguan interaksi sosial
• Hambatan dalam komunikasi ucapan dan bukan ucapan (bahasa tubuh dan isyarat)
• Kegiatan dan minat yang aneh atau sangat terbatas.
Selain itu juga terdapat sifat-sifat lainnya yang biasa ditemukan pada anak autisme, seperti:
- Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
- Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
- Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata
- Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
- Lebih senang menyendiri atau menarik diri dari pergaulan
- Tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka
- Gemar memutar benda atau terpaku pada benda tertentu
- Sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik secara fisik
- Aktif atau justru tidak aktif sama sekali
- Tidak memberikan respons terhadap cara pengajaran yang normal
- Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima atau mengalami perubahan
- Tidak takut akan bahaya
- Terpaku pada permainan yang ganjil
- Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
- Tidak mau dipeluk
- Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli
- Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata
- Senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
- Jengkel atau kesal membabi buta
Pengobatan
Pengobatan untuk penderita autisme dibagi menjadi 2 bagian:
-
Edukasi kepada keluarga
Keluarga memiliki peran yang penting dalam membantu perkembangan anak. Bagaimanapun juga, orang tua adalah orang terdekat yang dapat membantu anak untuk belajar berkomunikasi, berperilaku terhadap lingkungan dan orang sekitar. Bisa dibilang keluarga adalah jendela bagi penderita autisme untuk masuk ke dunia luar. Meski perlu diakui bahwa ini bukanlah hal yang mudah. -
Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme harus dibawah pengawasan dokter. Pengobatan ini diberikan jika dicurigai terdapat gangguan di otak yang mengganggu pusat emosi dari penderita autisme. Hal ini seringkali menimbulkan gangguan emosi mendadak, agresifitas, hiperaktif dan stereotipik. Beberapa obat yang bisa diberikan adalah haloperidol (antipsikotik), fenfluramin, naltrexone (antiopiat), clompramin (mengurangi kejang dan perilaku agresif).
Dari beberapa penelitian terakhir, pengobatan untuk gangguan autisme yang berkembang adalah terapi perilaku. Terapi ini dipercaya sebagai terapi yang paling penting.
Tujuannya adalah untuk mengontrol atau membentuk perilaku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan lewat sistem reward dan punishment. Pemberian hadiah (reward) akan meningkatkan munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan hukuman (punishment) akan menurunkan perilaku yang tidak diinginkan.
Hingga saat ini belum ditemukan cara untuk mencegah timbulnya autisme. Namun bukan ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko autisme. Seperti:
• Jika Anda sedang hamil dan merencanakan kehamilan, sebaiknya hindari alkohol, kafein dan merokok
• Jika Anda sedang hamil dan merencanakan kehamilan, tingkatkan konsumsi makanan bernutrisi tinggi seperti sayuran dan buah
• Jika Anda sedang merencanakan kehamilan, lakukan olahraga secara rutin
• Jika Anda sedang hamil, lakukan kontrol secara rutin ke dokter
Lakukan ini jika anak Anda telah lahir:
- Dekatkan diri Adengan anak Anda. Ajaklah anak Anda bicara, tertawa, dan peganglah anak Anda sesering mungkin. Anda juga bisa mencoba tidur dengan anak Anda
- Berikan ASI kepada anak Anda, bahkan kalau bisa hingga usia 2 tahun
- Berikan makanan yang bernutrisi tinggi
Penyebab
Penyebab pasti dari autisme hingga saat ini belum diketahui. Perlu diingat bahwa penyebab autisme bukanlah salah asuh dari orang tua. Menurut penelitian beberapa penyebab autisme, antara lain:
- Ketidakseimbangan biokimia
- Faktor genetis
- Faktor metabolic
- Beberapa kasus yang tidak biasa, autisme disebabkan oleh infeksi virus (TORCH), penyakit- penyakit lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan sindrom X (kelainan kromosom).
Menurut studi yang dilakukan Lumbantobing (2000), penyebab autisme dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
- Faktor keluarga dan psikologi
Respons anak-anak terhadap stressor dari keluarga dan lingkungan. - Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf)
Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang menyebabkan gangguan fungsi-fungsinya, sehingga menimbulkan keadaan autisme pada penderita - Faktor genetik
Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2-4% dari saudara kandung juga menderita penyakit yang sama. - Faktor kekebalan tubuh
Berhubungan pada masa kehamilan, faktor kekebalan tubuh ibu yang tidak dapat mencegah infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan saraf bayi . - Faktor pada kehamilan dan kelahiran
- Faktor biokimia
Berita Terbaru
5 Faktor Penyebab Kegagalan Timnas Indonesia di Fase Grup Piala AFF 2024, Penyerang Kurang Tajam
Taruna Akademi Angkatan Laut Raih 3 Medali Emas di Ajang NASPO & I2ASPO 2024
Industri Game Indonesia Masuk Era Keemasan, Ini Buktinya
Masih Relevankah Penyelenggaraan Kompetisi Bikini di Ajang Kontes Kecantikan untuk Pemberdayaan Perempuan?
Benarkah Tidak Boleh Sholat saat Adzan Masih Berkumandang? Begini Penjelasan Ustadz Khalid Basalamah
Rafael Struick Dapat Banyak Kritik Selama Dukung Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, STY Beri Pembelaan
VIDEO: Iklim dan Minimnya Pekebun Muda Menekan Pasokan Pohon Natal
Timnas Indonesia Gagal Lolos Fase Grup Piala AFF 2024, Erick Thohir Akan Evaluasi Kinerja Shin Tae-yong
Pelajaran Berharga dari Kekalahan Timnas Indonesia Lawan Filipina, Disiplin dan Mentalitas Jadi Kunci
Harga Kripto 22 Desember 2024: Bitcoin Cs Kembali Terkoreksi
Koridor 1 Transjakarta Rute Blok M-Kota Terancam Dihapus, Ini Penyebabnya
Media Vietnam Sebut Kartu Merah Muhammad Ferrari Jadi Faktor Kunci Perubahan Permainan Timnas Indonesia