Dirut LRT Jakarta Akui Koridor 5,8 KM Belum Maksimal Atasi Kemacetan

Kendati demikian, Allan meyakini pembangunan LRT akan membantu masyarakat dalam beraktivitas.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jan 2019, 20:35 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2019, 20:35 WIB
Menjajal LRT Kelapa Gading-Velodrome
Light Rail Transit (LRT) atau kereta listrik ringan saat uji coba di sepanjang jalur Kelapa Gading-Velodrome, Jakarta, Senin (20/8). Untuk spesifikasi, tiap gerbong LRT mampu menampung hingga 270 penumpang. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Allan Tandiono mengakui, koridor LRT yang dibangun sepanjang 5,8 km belum secara optimal atasi kemacetan di Jakarta. Perlu eksistensi koridor yang lebih panjang untuk menyelesaikan persoalan lalu lintas Ibu Kota.

"Dengan koridor 5,8 km ini, tentunya belum maksimal kita berkontribusi. Tapi dengan perpanjangan koridor, bayangkan misalnya kalau ada 116 km LRT Jakarta," ujarnya di Rawamangun, Jakarta, Kamis (11/12/2019).

Kendati demikian, Allan meyakini pembangunan LRT akan membantu masyarakat dalam menjalankan aktivitas. Mobilitas yang terlahir akan lebih fleksibel sehingga waktu yang dimiliki pengguna tidak akan terpangkas terlalu lama.

"Stasiun LRT itu seharusnya tidak terlalu jauh dari rumah kita, kantor, dan tempat makan. Dengan demikian, ya tentunya akan sangat membantu kerugian di kota Jakarta akibat kemacetan," ujar dia.

Allan menuturkan, persoalannya sekarang ini adalah jaringan yang masih belum komplet terbangun. Selain itu, integrasi terhadap moda transportasi umum lain juga belum optimal.

"Kita tidak bekerja sendiri, tapi kita benar-benar bersinergi seperti yang diperintahkan Pemprov DKI. Seharusnya bisa lebih baik," ujarnya.

Proses pembangunan LRT hingga kini sudah 90 persen rampung, sehingga pada Februari sudah bisa beroperasi. Allan berharap, eksekusinya dapat bekerja dengan cepat, sehingga masyarakat dapat menikmati hasil dari pekerjaan seluruh pihak.

"Kata Pak Anies, dinas perhubungan sedang menyiapkan rencana induk perkereta-apian yang harapannya bisa mengintegrasikan semua moda. Rencana itu sudah rampung, eksekusinya diharapkan cepat," pungkas dia.

Reporter: Rifqi Aufal Sutisna

 

Kritik JK

Solusi Pemerintah Atasi Kemacetan Ibu Kota
Pejalan kaki melihat kemacetan di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Kamis (20/12). Sejumlah tranportasi multi moda yang sedang dibangun yakni commuter line, MRT, LRT, bus rapid transit (BRT). (Liputan6.com/JohanTallo)

Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat bertemu Gubernur DKI Jakarta, Anies Beswedan di rumah dinasnya, Jumat (11/1/2019) pagi.

Dalam pertemuan itu JK berbicara banyak hal, salah satunya terkait efisiensi transportasi di Jakarta.

"Saya baru tadi pagi berbicara dengan Gubernur DKI tentang efisiensi transportasi di Jakarta. Diuraikan bagaimana penggunaan teknologi di dalam sistem transportasi di Jakarta," kata JK saat memberikan sambutan di hadapan para peserta INKINDO di Istana Wapres, Merdeka Selatan, Jumat (11/1/2019).

Sebab itu, para konsultan harus terus memahami teknologi. JK mencontohkan pembangunan LRT Jabodetabek dengan elevated yang hanya berada di samping jalan tol. Menurut JK, model pembangunan seperti itu tidak efisien. 

"Saya kasih contoh, membangun LRT ke arah bogor dengan elevated (jalur layang). Buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol?," ucap JK.

Menurutnya, di sejumlah negara, pembangunan LRT tidak di bangun bersebelahan dengan jalan tol. Pembangunan jalur layang justru akan membuat biaya semakin membengkak.

"Biasanya light train itu tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol, harus terpisah. Tapi bangunnya gitu. Siapa konsultan yang memimpin ini, sehingga biayanya 500 miliar per kilometer," kata JK.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya