Kemendes PDTT Kirim Kepala Desa dan Penggiat Desa Studi Banding ke China

Kemendes PDTT memberangkatkan kepala desa, penggiat desa, dan pendamping desa, ke kota Beijing, China, pada Sabtu (23/3/2019).

oleh Cahyu diperbarui 28 Mar 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2019, 19:00 WIB
Kemendes PDTT
Kemendes PDTT memberangkatkan kepala desa, penggiat desa, dan pendamping desa, ke kota Beijing, China, pada Sabtu (23/3/2019). (foto: dok. Kemendes PDTT)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi, bersama rekan-rekannya dari kepala desa, penggiat desa, dan pendamping desa, tiba di kota Beijing, China, pada Sabtu (23/3/2019). Merekaa diberangkatkan oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk studi banding di China. Kepergian mereka dilepas langsung oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo.

Wahyudi menceritakan, para delegasi Indonesia tersebut begitu bersemangat saat tiba di Bandara Beijing meskipun saat itu sedang pergantian musim dingin ke musim semi dengan suhu berkisar antara 3 sampai 18 derajat Celsius. Di Bandara Beijing, mereka harus melakukan pengecekan sidik jari dan Passport secara mandiri melalui mesin pindai untuk memperoleh semacam kartu pas.

Setelah itu, para rombongan melewati pemeriksaan keimigrasian. Namun, sambil menunggu antrian pemeriksaan, Wahyudi mendapat teguran dari petugas keamanan karena mengabadikan situasi pemeriksaan dengan kamera ponsel.

"Untunglah staf kedutaan tiongkok Mr. Xie Chenngsuo yang menjabat sebagai First Secretary of Embassy of China in Indonesia, segera datang dan memintakan maaf atas ke-ndeso-an kami. Lepas dari pemeriksaan imigrasi, kita kemudian harus menaiki kereta bandara untuk sampai terminal barang untuk mengambil bagasi. Setelah itu menuju tempat penginapan di Yu Yang Hotel," ujarnya.

Selama perjalanan menuju hotel, tampak pohon sakura mulai menampakkan daun dan kuncup bunga yang masih malu menyapa mentari pagi. Bahkan, di beberapa sudut kota banyak ditemui ruang terbuka hijau dimana para lansia berkumpul dan beraktivitas.

Sesampainya dihotel, seorang pegawai pemerintah di Departemen Kerjasama Internasional Kementrian Pertanian dan Pedesaan Republik Rakyat Tiongkok, memberikan arahan terkait dengan kamar dan agenda kegiatan selama di Beijing. Hal yang mengejutkan adalah saat masing-masing anggota rombongan mendapat satu kantong besar yang ternyata berisi satu unit wireless router dan satu unit universal travel adaptor. Dua barang yang sewaktu di Indonesia sempat membuat peserta was-was karena mendapat informasi soal stop kontak yang berbeda dengan indonesia.

"Ternyata semuanya telah disiapkan dengan sangat detail. Seolah mereka sangat paham dengan apa yang dibutuhkan. Dengan peristiwa ini, kita diberikan pemahaman bagaimana seorang penyedia barang maupun jasa harus memahami permasalahan yang dihadapi oleh customers, sehingga mampu menghadirkan barang maupun jasa yang sama persis dengan apa yang dibutuhkan oleh customers. Inilah yang disebut sebagai pelayanan paripurna, pelayanan yang mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan secara sempurna," ucap Wahyudi.

Sebagai informasi, Kemendes PDTT mengirim para tokoh penting desa tersebut agar mereka lebih inovatif dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal tersebut sejalan dengan salah satu program yang diusung Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, yakni Program Inovasi Desa.

Eko berharap studi banding ke luar negeri tersebut dapat meningkatkan kompetensi dan memunculkan inovasi dalam pengelolaan dan pembangunan desa. Juga para peserta dapat membangun jaringan, menambah pengetahuan, dan membuka pasar antar kepala desa dengan mitra luar negeri.

"Kita memerlukan kepala desa, penggiat desa, dan pendamping desa untuk lebih punya wawasan lagi. Diharapkan setelah kunjungan itu, para peserta bisa menerapkan di desanya masing-masing apa yang apa yang mereka liat di luar negeri," kata dia.

Eko menambahkan bahwa pada tahun ini Kemendes PDTT telah merencanakan akan mengirim seribu peserta dari kepala desa, penggiat desa, dan pendamping desa ke sejumlah negara lainnya untuk studi banding. Misalnya, ke Jepang, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.

"Salah satu cara yang paling cepat kita belajar adalah kita melihat negara lain yang relatif sudah maju. Kita harapkan kepala desa dan penggiat desa ini punya wawasan yang lebih lagi. Kegiatan ini juga penting untuk pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Jadi tidak hanya infrastruktur yang dibangun, tapi juga manusianya," ujarnya.

Sementara itu, Sekjen Kemendes PDTT, Anwar Sanusi, mengatakan bahwa para peserta yang mengikuti studi banding ke China akan mempelajari revitalisasi pembangunan desa, kebijakan pengentasan kemiskinan, pertanian modern, perikanan air tawar, dan berdiskusi dengan perani lokal di China.

"Sedangkan yang ke negara Korea akan mempelajari terkait pembangunan pemberdayaan masyarakat desa, mengunjungi pusat buah buah kering dan mempelajari pendistribuannya, serta mengunjungi pabrik pengolahan ikan dan pasar-pasar perdesaan di Korea," ucapnya.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya