Fakta Terduga Teroris Bekasi, Jabatan Tinggi di JAD hingga Pandai Rakit Bom

Salah satu tersangka terduga teroris merupakan pimpinan JAD Bekasi berinisial EY.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 10 Mei 2019, 18:47 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2019, 18:47 WIB
Bom Teroris
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Aparat kepolisian bertindak cepat mengamankan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Penangkapan itu terjadi usai penggerebekan yang dilakukan oleh Tim Densus 88 Anti-Teror.

Tim Densus juga berhasil mengamankan dua buah bom pipa besi dari sebuah toko ponsel Wanky Cell milik terduga teroris di Jalan Muchtar Tabrabi, Bekasi Barat, Jawa Barat pada Rabu malam 8 Mei 2019.

Saat penggerebekan berlangsung, di dalam toko handphone itu ada tiga orang karyawan, dua wanita dan seorang pria. Penggerebekan itu merupakan hasil penangkapan dua terduga teroris sebelumnya Rabu 9 Mei 2019.

Keduanya berasal dari kelompok JAD Bekasi yang bekerja sama dengan jaringan Lampung.

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, salah satu tersangka merupakan pimpinan JAD Bekasi berinisial EY. Derajatnya pun lebih tinggi dibandingkan pimpinan JAD Lampung yakni SL.

Tak hanya itu, EY bahkan memiliki keahlian untuk membuat bom lebih canggih. Dia dapat memodifikasi bom agar dapat diaktifkan menggunakan jaringan Wi-Fi.

Berikut deretan fakta terduga teroris Bekasi yang dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

1. Berencana Tunggangi People Power

Densus 88 Antiteror
Densus 88 Antiteror Mabes Polri menggeledah rumah mertua terduga teroris Bekasi, di Ledoksari RT 8 RW 10 Pajang, Laweyan, Solo. (Fajar Abrori/Liputan6.com)

Dedi kemudian menyampaikan, jaringan teroris JAD berencana menunggangi gerakan people power yang marak diserukan selama kontestasi Pemilu 2019.

Bukan tanpa sebab, menurut Dedi, niatan tersebut menjadi bagian dari upaya membangkitkan sel tidur atau sleeping cell di berbagai daerah.

"Akan melakukan serangan terhadap aksi massa yang mereka sudah melihat menjelang tanggal 22 Mei ini akan banyak aksi massa, dan setelahnya juga. Mereka pikir dapat dimanfaatkan, akan ada people power," ujar Dedi.

Kelompok teroris itu melihat, kerusuhan yang terjadi di Jakarta berpotensi besar merembet ke daerah lain. "Dan akhirnya sleeping cell di berbagai daerah akan bangkit. Sama seperti di Suriah, Sudan," tutur Dedi.

Karena itu, Densus 88 Antiteror Polri terus mengantisipasi dengan meningkatkan pemetaan titik-titik sel tidur jaringan terorisme di Indonesia. Langkah tersebut dilakukan bersama dengan Satgas Antiterorisme yang ada di setiap daerah.

"Kelompok JAD yang terakhir ditangkap ini (Lampung dan Bekasi) adalah jaringan terorisme terstruktur. Artinya memiliki anggota, amir," kata Dedi.

 

2. Derajatnya Lebih Tinggi

Mabes Polri Beberkan Kronologis Penangkapan Terduga Teroris di Bekasi
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo (kanan) menunjukkan gambar sejumlah barang bukti yang disita dari terduga teroris saat rilis di Jakarta, Senin (6/5/2019). Sebelumnya, Densus 88/Anti Teror meringkus tujuh orang kelompok JAD jaringan Lampung. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Salah satu tersangka terduga [teroris](2. Derajatnya Lebih Tinggi dan Jadi Mentor "") merupakan pimpinan JAD Bekasi berinisial EY. Derajatnya pun lebih tinggi dibandingkan pimpinan JAD Lampung yakni SL.

"Rekam jejak yang bersangkutan berbeda dengan SL. Kalau SL ikut rapat, mendesain aksi terorisme. Dari hasil pertemuan dengan Aman Abdurahman terjadilah bom Thamrin. Kemudian kerusuhan di Mako Brimob. Dia akan melakukan amaliah dengan sasaran anggota kepolisian," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

"Kalau EY ini hanya berkecimpung di areal Bekasi saja. Yang bersangkutan punya peran vital di JAD Jakarta dan sekitarnya. Karena dia juga sebagai penyandang dana," lanjut Dedi.

EY ditangkap pada Rabu 8 Mei 2019 pukul 13.48 WIB di SPBU Jalan Raya Kalimalang, Duren Sawit, Jakarta Timur. Sementara satu terduga teroris lagi berinisial YM alias Kausar.

YM diamankan di hari yang sama namun pada lokasi berbeda pada pukul 20.33 WIB di Bojong Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat.

"EY berhasil merekrut YM alias Kausar anak muda 18 tahun baru lulus sekolah tahun kemarin. Dia memiliki catatan olahraga tingkat nasional. Menjuarai karate tingkat nasional di Bali," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

Dia mengatakan, EY menjadi mentor dan mengajarkan pimpinan JAD Lampung yakni SL dan anggotanya merakit bom.

"EY ini yang melatih, mentor tersangka SL, S, dan T merakit bom," tutur Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Mei 2019.

 

3. Pandai Merakit Bom

Mabes Polri Beberkan Kronologis Penangkapan Terduga Teroris di Bekasi
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo menunjukkan gambar barang bukti bahan pembuat bom saat rilis di Jakarta, Senin (6/5/2019). Sebelumnya, Densus 88/Anti Teror meringkus tujuh orang kelompok JAD jaringan Lampung dan menyita sejumlah barang bukti . (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Tak hanya itu, menurut Dedi, kualitas bom buatan terduga teroris EY lebih baik dibandingkan para muridnya. Dua bom pipa yang ditemukan di Bekasi saja daya ledaknya sebesar puluhan bom pipa milik teroris Sibolga.

"Ini high explosif. Kalau di Sibolga low explosif. Jumlahnya banyak tapi kecil, tapi kalau ini sedikit tapi daya ledaknya seluruh bom di Sibolga. Ini kalau di kelompok radikal dikenal bahannya mother of satan," ucap Dedi.

Kemampuan EY menjadi mentor perakit bom juga mumpuni. Bahkan kemampuan anak muda berusia 18 tahun berinisial YM alias Kausar, setara dengan anggota JAD Lampung setelah diajarkan olehnya.

"Ini kita sesalkan bahwa anak-anak muda mudah sekali terpapar radikalisme. Kepada YM juga dilatih tersangka EY untuk merakit bom. Kemampuannya sama dengan yang dimiliki tersangka T, yang ditembak Densus 88 hari minggu kemarin," Dedi menandaskan.

Selain mahir merakit bom, EY merupakan penyandang dana kegiatan terorisme di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Menurut Dedi, EY diangkat menjadi amir alias pimpinan JAD Bekasi tidak hanya karena mahir merakit bom dan merekrut anggota, tapi juga lantaran memiliki usaha jual beli handphone.

"Kalau ada tanya darimana uang SL sehingga bisa membeli berbagai macam bahan peledak (ya dari EY juga). Kelompok SL berhasil membuat tiga handak (bahan peledak). Kalau EY selain penyandang dana, dia juga leadernya SL. Karena status amirnya EY ini lebih tinggi," Dedi menandaskan.

 

4. Mampu Modifikasi Bom

Mabes Polri Beberkan Kronologis Penangkapan Terduga Teroris di BekasI
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo menunjukkan data diri terduga teroris yang sudah dilumpuhkan saat rilis di Jakarta, Senin (6/5/2019). Sebelumnya, Densus 88/Anti Teror meringkus tujuh orang kelompok JAD jaringan Lampung dan menyita sejumlah barang bukti (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Menurut Dedi, terduga teroris EY juga memiliki keahlian membuat bom canggih. Dia dapat memodifikasi bom agar dapat diaktifkan menggunakan jaringan Wi-Fi.

Bom pipa yang ditemukan di toko ponsel Wanky Cell, Bekasi itu rencananya akan digunakan untuk amaliyah atau aksi teror dengan memanfaatkan hiruk pikuk unjuk rasa Pemilu 2019. Modifikasi itu dilakukan untuk memudahkan mengendalikan bom yang dirakit.

"Menurut keterangan yang bersangkutan apabila nanti terjadi demo dalam jumlah massa yang sangat besar di KPU, itu diprediksi oleh dia akan ada jammer (penghalang sinyal) terhadap handphone," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (10/5/2019).

"Oleh karenanya, handphone tidak bisa digunakan sebagai switching bomb. Ini booster sudah menggunakan Wi-Fi. Ya kalau Wi-Fi tentu sampai saat ini belum ada jammer," sambungnya.

Dedi menjelaskan, penggunaan booster pada bom tersebut membuat peledak itu bisa dipicu dari radius 200 meter. Ia pun menyampaikan bahwa bom itu dilengkapi dengan router sebagai penguat sinyal.

Dengan menggunakan router, bom rakitan EY itu bisa memiliki radius hingga 500 meter. "Tambah lagi penguatnya dia bisa sampai satu kilo (meter)," tuturnya.

Menurut pengakuan terduga pelaku, kata Dedi, bom tersebut akan diledakkan di tengah-tengah demostran pada 22 Mei nanti atau saat pengumuman pemenang Pemilu 2019.

Dia mengatakan, EY mengaku belajar merakit bom dari internet.

"Dia belajar dari media sosial. Dia juga coba melihat bagaimana bom yang dipraktikkan dalam perang di Suriah, kemudian Irak, dan Sri Lanka. Bom-bom ini sudah berhasil dipraktikkan," ujar Dedi.

 

5. Ahli Kimia

Mabes Polri Beberkan Kronologis Penangkapan Terduga Teroris di Bekasi
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo menunjukkan gambar barang bukti tabung gas berisi bahan peledak jenis triaceton triperoxide saat rilis di Jakarta, Senin (6/5/2019). Sebelumnya, Densus 88/Anti Teror meringkus tujuh orang kelompok JAD jaringan Lampung. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

EY, terduga teroris JAD yang ditangkap di Bekasi ternyata diketahui memiliki kemampuan merakit bom dengan bahan-bahan kimia. Fakta ini diperoleh setelah penyidik Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menginterogasi EY.

"Basic kimia juga dia punya. Ini berbentuknya kan cairan-cairan. Cairan satu, cairan dua dicoba terus sama dia. Kalau dengan ukuran segini memiliki daya ledak segini, dia sudah bisa mengukur begitu," kata Dedi.

Selain memiliki kemampuan kimia, EY juga diketahui mempunyai keahlian dalam bidang elektronik. Sebab, ia juga membuka usaha servis handphone di kawasan Bekasi.

Dari keahliannya tersebut, EY dapat merakit bom dengan daya ledak tinggi atau high explosive. Bom tersebut diduga bisa diaktifkan dengan Wi-Fi.

"Menurut keterangan yang bersangkutan apabila nanti terjadi demo dalam jumlah massa yang sangat besar di KPU itu, diprediksi oleh dia akan ada jammer (penghalang sinyal handphone) terhadap handphone. Oleh karenanya handphone tidak bisa digunakan sebagai switching bom. Jadi sudah menggunakan Wi-Fi. Ya kalau Wi-Fi tentu sampai saat ini belum ada jammer," jelas Dedi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya