Gempa Banten, Tamu Tak Diundang yang Berkunjung hingga Bengkulu dan NTB

Gempa mengguncang tanah secara vertikal, tepat pukul 19.03 WIB, Jumat 2 Agustus 2019. Beberapa detik kemudian, lantai dan benda-benda bergoyang ke kiri dan kanan. Berikut ceritanya....

oleh Muhammad AliDevira PrastiwiRita Ayuningtyas diperbarui 03 Agu 2019, 00:01 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2019, 00:01 WIB
20151111-Ilustrasi Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa mengguncang tanah secara vertikal, tepat pukul 19.03 WIB, Jumat 2 Agustus 2019. Beberapa detik kemudian, lantai dan benda-benda bergoyang ke kiri dan kanan.

Semakin lama, goyangannya semakin kencang. Pintu dan jendela berketar kuat. Dinding pun bergeretak.

Lima menit kemudian, gempa berhenti.

Pada menit yang sama, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengabarkan, gempa mengguncang Banten dengan magnitudo 7,4. Pusat lindu berada di Sumur, Lebak, Banten.

Suasana semakin mencekam ketika BMKG mengumumkan gempa tersebut berpotensi tsunami. Gelombang itu diprediksi sampai ke pesisir pukul 19.35 WIB.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan tinggi tsunami dapat mencapai 3 meter saat tiba di pesisir.

"Ketinggian gelombang tsunami 0,5 meter, maksimal 3 meter. Setiap wilayah berbeda," kata Dwikorita dalam konferensi pers BMKG, Jakarta, Jumat.

Namun, hingga pukul 20.29 WIB, peringatan dini tsunami belum dicabut. Waswas, warga mulai mengungsi. Mereka yang berada di dekat pantai berhamburan menuju ke tempat yang lebih tinggi.

"Paling tidak, warga yang tinggal di pantai harus mencari lokasi yang lebih tinggi, minimal 10 meter di atas permukaan laut," ujar Dwikorita dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, BMKG akan menunggu hingga 2 jam atau 21.35 setelah peringatan dini tsunami untuk woro-woro itu.

"Morpologi laut kita sangat unik dan beragam. Jika di teluk bisa teramplifikasi melompat, menguat gelombangnya, lebih dari 1 meter," kata Dwikorita.

BMKG kemudian memutakhirkan magnitudo gempa Banten yang terjadi pada pukul 19.03 WIB. Gempa Banten yang sebelumnya tercatat M 7,4 dimutakhirkan menjadi M 6,9.

"BMKG dengan ini menyampaikan bahwa pada Jumat 2 Agustus 2019 pukul 19.03 WIB, wilayah Samudera Hindia di sebelah Selatan Selat Sunda, hasil analisis BMKG berkekuatan 7,4 yang selanjutnya dimutakhirkan 6,9," ujar Dwikorita.

Lindu ini ternyata di sejumlah wilayah di Indonesia. Bahkan di daerah Bali, getaran itu terasa dengan instensitas mencapai II MMI.

"Getaran dirasakan di Seluma, Bengkulu, Kepahiang, Parung, Bogor Barat, Bandung, Kediri, Karangkates, Buleleng, Lombok Barat, Mataram, dan Sumbawa Barat. Guncangan intensitas II MMI. Artinya getaran dirasakan beberapa orang dan benda ringan bergoyang," tutur Dwikorita.

Selain itu, gempa Banten ini dirasakan di Liwa, Tanggamus, Bandara Lampung Sukabumi, Pandeglang. Daerah tersebut guncang dengan intensitas skala VI dan V MMI.

"Artinya semua penduduk merasakan bergoyang," ujar dia.

Wilayah lainnya adalah Kebumen, Banyumas, Lahat, Ciputat, Pamulang, Serpong, Tangerang, Cilacap, Bengkulu Selatan. Skala getaran mencapai III MMI. "Artinya getaran banyak orang jendela atau pintu berdecit," kata dia.

Kemudian, gempa Banten juga dirasakan di Klaten, Jogya, Serang, Kotabumi, Pasarlaran, Sukadana, Karawang, Purworejo. Getarannya dengan skala II-III MMI.

"Ini artinya gempa dirasakan banyak orang, getarannya seperti ada truk melaju," ucap Dwikorita.

Setelah menunggu selama 2 jam, BMKG pun mencabut peringatan dini tsunami.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penyebab Gempa hingga Sutopo

Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Gempa tektonik tersebut berada di Samudera Hindia Selatan Selat Sunda. Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono kepada Liputan6.com, Jumat (2/8/2019) menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu penyesaran oblique yaitu kombinasi gerakan mendatar dan naik," terang Daryono.

Sementara itu, warganet justru merindukan sosok mantan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho. Image Sutopo memang lekat dengan bencana. Dia menjadi orang pertama yang biasa mengabarkan kebencanaan di Tanah Air.

Rupanya, para pengguna media sosial merindukan kecepatan Sutopo memberikan informasi ketika ada bencana datang, termasuk saat gempa Banten terjadi. Bahkan, Sutopo menjadi trending dalam Twitter.

"Kalau ada berita gempa, bencana, jadi inget pak @Sutopo_PN malah kangen pak 😭😭😭Al Fatihah buat bapak 😇😇😇" tulis akun Twitter @hanie3381.

"Hanya rindu twitt dari pak sutopo saat #Gempabanten terjadii Al fatihah" cuit @Nurulizh99.

"Ada Gempa, Netizen Kangen Pak Sutopo" tulis @thiqqakartika,

"Gempa barusan ini bener bener langsung inget sama pak sutopo." tulis @komangaan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya