Wapres JK Tinjau Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Sumbawa

JK berharap sekolah berbasis Islam tersebut dapat membawa pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan masyarakat yang toleran.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Agu 2019, 14:07 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2019, 14:07 WIB
Jusuf Kalla
Wapres JK buka Talent Fest dan Job Fair 2019 di Kemayoran. (foto: dok. Kemnaker).

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau Pesantren Modern Internasional Dea Melala sekaligus meletakkan batu pertama pembangunan fasilitas pesantren di Desa Pamangong, Kecamatan Lenangguar, Kabupaten Sumbawa, NTB.

Dalam kunjungannya, Wapres didampingi Pimpinan Pondok Pesantren Internasional Dea Malela Din Syamsuddin dan Gubernur NTB Zulkieflimansyah menyempatkan bersilaturahmi dengan pengurus Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dea Malela, tenaga guru, santri dan santriwati, serta wali santri.

"Tentu ini menjadi perhatian kita karena masalah umat ke depan adalah kemajuan pendidikan," kata Wapres di Lenangguar, Sumbawa, Sabtu (3/8/2019).

Dengan adanya pesantren modern seperti Dea Malela, JK berharap sekolah berbasis Islam tersebut dapat membawa pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan masyarakat yang toleran.

"Dunia yang penuh gejolak pada dewasa ini hanya tentu dapat kita bersaing dalam memajukannya apabila generasi muda kita mendapat pendidikan yang baik, baik ilmu pengetahuan dan teknologi maupun pengalaman dan juga tentu upaya kita mencapai tingkat amal yang tinggi," kata Wapres.

Pesantren Modern Internasional Dea Malela berdiri sejak Februari 2016 dan diresmikan oleh Anies Baswedan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tiga Bahasa Pengantar

Pesantren Dea Malela membuka sekolah asrama untuk tingkat SMP dan SMA dengan menerapkan ilmu keislaman dan pengetahuan umum dengan bahasa pengantar Indonesia, Arab, dan Rusia.

Seluruh siswa SMP dan SMA di Pesantren Dea Malela berjumlah 320 orang, dan 50 di antaranya merupakan santri dan santriwati dari Timor Leste, Malaysia, Thailand, Kamboja, Filipina, dan Rusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya