Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melantik para menteri yang tergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. Menteri yang dilantik berasal dari partai politik dan profesional.
Usai dipilih dan dilantiknya menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, rupanya ada pihak yang kecewa, yaitu Partai Hanura.
Partai pimpinan Oesman Sapta Odang atau Oso itu kecewa karena kadernya tidak satu pun diakomodasi masuk kabinet, baik itu di kursi menteri, pejabat setingkat menteri, atau wakil menteri.
Advertisement
Presiden Jokowi lalu meminta maaf karena tidak bisa mengakomodasi semua pihak dalam Kabinet Indonesia Maju. Jokowi mengaku hanya bisa memilih 34 dari 300 nama untuk dipilih sebagai menteri.
"Artinya yang kecewa pasti lebih banyak dari yang senang dan mungkin sebagian yang hadir juga ada yang kecewa. Jadi, saya mohon maaf tidak bisa mengakomodasi semuanya," kata Jokowi di acara pembukaan Musyawarah Besar X Organisasi Masyarakat Pemuda Pancasila di Hotel Sultan, Jakarta, Selatan, Sabtu, 26 Oktober 2019.
Partai Hanura lantas mengungkapkan kekecewaannya terhadap Jokowi karena tidak mendapat jatah kursi menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Berikut ini kekecewaan Hanura yang tidak dapat kursi menteri dalam Kabinet Indonesia Maju:
Â
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kami Berdarah-darah, tapi Tak Dapat Jatah Kursi
Wasekjen Partai Hanura Bona Simanjuntak mengaku kaget dengan keputusan Presiden Jokowi karena partainya tidak mendapat jatah kursi menteri di Kabinet Indonesia Maju. Ia menyebut, partainya sudah berdarah-darah saat Pilpres 2019.
"Kalau istilah Pak Erick berkeringat, kami berdarah-darah, kalau ingat relawan berkeringat tapi Parpol tidak ada kursi (menteri)," ujar Bona Simanjuntak saat diskusi di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu, 26 Oktober 2019.
Menurut Bona, lantaran fokus pada pemenangan Pilpres, Hanura sampai melupakan Pileg dan akhirnya tidak mendapatkan kursi di Parlemen.
"Berjalannya waktu hanya gerakan cukup masif saat Jokowi berkampanye. Dan tetapi dalam perjalanan kami memang harus berkorban sehingga tak ada lagi kursi di Parlemen. Kalau ikhlas, kader belum, kami masih menunggu ke depan masih terus bergulir," tegas Bona.
Untuk diketahui, di luar lima partai pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin yang masuk parlemen, hanya PSI dan Perindo yang menjadi anggota kabinet, minus Hanura, PKPI, dan PBB.
Â
Advertisement
Jokowi Hitung Kawan Berdasarkan Kalkulator
Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menyayangkan partainya yang tidak mendapatkan kursi di Kabinet Indonesia Maju. Padahal, kata dia, Hanura juga ikut berjuang memenangkan Jokowi dan wakilnya, yakni Ma'ruf Amin.
"Kader-kader Hanura berjuang tanpa mengenal lelah untuk memenangkan Jokowi juga," kata Inas.
Menurut dia, Jokowi hanya menghitung pembagian kursi berdasarkan kalkulasi perolehan suara. Padahal, Hanura telah menyumbang 16 kursi di parlemen saat Jokowi-Ma'ruf mendaftarkan diri sebagai capres dan cawapres.
"Jokowi hanya menghitung kawan berdasarkan kalkulator semata, yakni hanya memandang jumlah suara partai saja,"Â ucap Inas.
Â
Hanura Merasa Ditinggalkan Jokowi
Partai Hanura mengungkapkan rasa kecewanya karena tidak diakomodasi dalam kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah mengingatkan partainya merupakan salah satu parpol yang mendaftarkan paslon 01 di KPU.
"Kecewa itu adalah manusiawi, bukan? Apalagi Hanura adalah salah satu dari enam partai pengusung yang ikut mendaftarkan pasangan Jokowi-Ma'ruf di KPU pada saat pilpres yang lalu," ujar Inas saat dihubungi merdeka.com, Senin, 28 Oktober 2019.
Inas menceritakan momen saat enam ketua umum parpol pengusung Jokowi-Ma'ruf berjuang bersama memenangkan Pilpres 2019. Termasuk Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang.
"Masih segar diingatan kita ketika itu Pak Jokowi, KH Maruf Amin bersama Ketum-Ketum partai termasuk Ketum Hanura bergandengan tangan sebagai ungkapan kebersamaan dan tekad memenangkan Pilpres," kata dia.
"Tetapi setelah kemenangan itu diraih, apakah kebersamaan tersebut masih ada? Apakah Hanura ditinggal atau tertinggal?" ucap Inas.
Â
Reporter : Syifa Hanifah
Sumber : Merdeka
Advertisement