Saksi: Gamis Novel Baswedan Terasa Panas dan Berbau Menyengat saat Dipegang

Jaksa menghadirkan tetangga Novel Baswedan dalam sidang teror terhadap penyidik KPK itu di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Rabu (6/4/2020).

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 06 Mei 2020, 14:07 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2020, 14:06 WIB
WP KPK Silaturahmi Idul Fitri ke Rumah Novel Baswedan
Penyidik KPK Novel Baswedan saat memberi keterangan pers di sela silaturahmi dengan WP KPK di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta, Minggu (17/6). Silaturahmi digelar dalam rangka Idul Fitri. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan tetangga Novel Baswedan dalam sidang teror terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Rabu (6/4/2020).

Nursalim memberikan kesaksian di hadapan Rahmat Kadir Mahulette dan Ronny Bugis. Keduanya adalah penyerang Novel Baswedan yang didakwa dalam perkara tersebut.

Pada kesaksiannya, Nursalim mendapatkan perintah untuk segera memindahkan gamis milik Novel Baswedan dan sebuah botol kaleng tak bertuan pascainisiden penyiraman air keras itu 11 April 2017 subuh silam.

"Ustaz Hasan yang menemani Pak Novel ke rumah sakit memberikan arahan agar, warga yang tak ikut mendampingi di rumah sakit membawa barang bukti tadi ke rumah Novel," kata Nusalim di pengadilan, Rabu (6/5/2020).

Nursalim lalu mengambil baju gamis dan kopiah milik Novel Baswedan. Sementara rekannya, mengambil botol minum yang disebutnya bermodel lawas.

"Gamis berwana cokelat. Sementara cangkir hijau, bermotif dedaunan," ujar Nursalim.

Dia mengaku memegang gamis tersebut tanpa menggunakan sarung tangan atau pelapis yang lain.

Saat itu, tangannya tak sengaja menyentuh area gamis yang basah. Nursalim mengaku merasa panas di tangannya.

"Ada bekas air (di gamisnya). Basah sebagian depannya doang, yang atasnya saja. Kita pegang lama-lama terasa panas di tangan," ujar Nursalim.

Selain itu, aroma menyegat tercium dari gamis milik Novel Baswedan.

Berbeda dengannya, rekannya Dino membawa botol kaleng loreng dengan sangat hati-hati ke kediaman Novel Baswedan.

"Kalau tetangganya Pak Novel pakai pelapis gitu, kain atau plastik. Itu tapi saya lihat masih ada sisa cairannya sekitar satu setengah sendok, baunya kecium menyengat kayak campuran kimia," kata Nursalim.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kronologi Menurut Saksi

Novel Baswedan Diperiksa sebagai Saksi Kasus Penyiraman Air Keras
Penyidik senior KPK Novel Baswedan (tengah) saat jeda pemeriksaan kasus penyiraman air keras terhadapnya di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (6/1/2020). Polisi memeriksa Novel Baswedan sebagai saksi setelah menetapkan dua tersangka penyerangan.(Liputan6.com/Johan Tallo)

Saat kejadian itu, Nursalim adalah imam salat subuh di Masjid Al Ihsan. Salah satu yang mengisi saf makmum adalah Novel Baswedan.

Nursalim mengatakan, saat itu Novel pulang lebih dahulu. Tak seperti jemaah lain yang masih melantunkan bacaan wirid.

Sekira 5 menit, setelah Novel Baswedan meninggalkan masjid, dia mendengar suara teriakan.

"Kami berhenti sejenak, makin kenceng teriakan dari arah sebelah selatan, teriakan minta tolong, dan suara jerit-jerit perempuan," ujar Nursalim.

Dia bersama jemaah yang lain keluar. Di tempat wudu sudah ada seorang laki-laki lagi jongkok sedang menyiram kepala sambil meringis kesakitan. Dia adalah Novel Baswedan.

"Novel sudah p!kai kaos doang," ucap Nursalim.

Warga segera membawa Novel Baswedan ke Rumah Sakit Mitra Keluarga. "Pak Novel langsung dievakuasi," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya