3 Penyebab Indonesia Sulit Tekan Kasus Kematian Covid-19

Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah mengungkap tiga penyebab Indonesia masih sulit menekan laju kematian Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Agu 2020, 18:07 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2020, 18:07 WIB
Dewi Nur Aisyah
Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah mengajak masyarakat untuk memahami data COVID-19 lewat definisi laju insidensi saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (22/7/2020). (Dok Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus kematian yang disebabkan Covid-19 di Indonesia menembus 5.388 orang. Indonesa menduduki ranking ke-103 dari 215 negara di dunia dengan rasio jumlah kasus kematian Covid-19 per satu juta penduduk.

Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah mengungkap tiga penyebab Indonesia masih sulit menekan laju kematian Covid-19. Pertama, penanganan yang terlambat.

"Potensi penyebab kematian pertama adalah penanganan yang terlambat karena pasien juga datang ke rumah sakit lebih buruk daripada kondisi di awal," ujarnya dalam Talk Show Covid-19 Dalam Angka di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Rabu (5/8/2020).

Dewi menyebut, masyarakat Indonesia cenderung menganggap enteng jika menemukan gejala Covid-19. Bila muncul gejala ringan, mereka memilih mengabaikan atau cukup minum obat tanpa resep dokter.

Namun, jika kondisi kesehatan memburuk, baru bergegas ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

"Jadi kebanyakan kita temui pasien-pasien di rumah sakit ini ketika kondisi memburuk baru ke rumah sakit. Nah, ke rumah sakit sementara rumah sakit sudah penuh. Tentu agak sulit untuk mana yang lebih diprioritaskan," ucap dia.

Penyebab kedua adalah masih tingginya penyakit menular dan tidak menular di semua wilayah di Indonesia. Akibatnya, pasien dengan komorbid atau penyakit penyerta paling cepat meninggal dunia setelah terpapar Covid-19.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penyebab Terakhir

Penyebab terakhirnya fasilitas kesehatan seperti alat kesehatan dan sumber daya manusia. Dewi menyebut, fasilitas kesehatan di Indonesia belum memadai sementara jumlah penduduk mencapai 270 juta jiwa.

"Kita punya PR terkait jumlah penduduk banyak, fasilitas kesehatan juga. Jadi pesannya bagaimana ketersediaan tempat tidur, ventilator," jelas dia.

Menurut Dewi, Indonesia belajar dari Amerika Serikat dalam menangani Covid-19. Di mana, masyarakat diminta tidak langsung ke rumah sakit rujukan jika terpapar Covid-19.

Rumah sakit rujukan hanya diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan gejala berat. Sementara pasien bergejala ringan atau sedang akan dirawat di rumah sakit darurat.

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya