BPOM Sebut Indonesia Akan Dapat 10 Juta Vaksin Covid-19 dari Uni Emirat Arab

Selain memproduksi sendiri, Indonesia bekerja sama dengan Uni Ermirat Arab untuk memperoleh vaksin Covid-19 itu.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 01 Sep 2020, 18:13 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2020, 18:13 WIB
Penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bekasi Ikuti Tes Swab PCR
Petugas medis menata sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito mengatakan, Indonesia melakukan dua jalur pengembangan vaksin Corona yang menyebabkan Covid-19.

Selain memproduksi sendiri, Indonesia bekerja sama dengan Uni Ermirat Arab untuk memperoleh vaksin penyakit dari Wuhan, China itu. Bahkan, dia mengungkap, Indonesia akan mendapatkan 10 juta vaksin dari kerja sama tersebut.

"Pada 21 Agustus sudah ada kesepakatan Menlu dan Menteri BUMN yang berkunjung ke Uni Emirat Arab, di mana Uni Emirat Arab berkomitmen menyediakan 10 juta dosis vaksin Covid-19 untuk Indonesia melalui kerja sama G42 UEA dan Sinopharm dan Kimia Farma. Akhir 2020 diharapkan 10 juta vaksin," kata Penny dalam konferensi pers daring, Selasa (1/9/2020).

Penny menyebut pihaknya juga sudah berkunjung ke Uni Emirat Arab untuk melihat langsung pelaksanaan uji klinis fase III vaksin Covid-19 di sana. Dia memastikan uji klinis berlangsung sangat baik.

"Kami melihat ujiklinik fase III sangat baik dan terorganisir. Melibatkan 1000 dokter. Kami melihat uji klinik dilakukan dengan validitas yang sangat terjaga," ucap Penny.

Dia menyebut, vaksin Covid-19 Uni Emirat Arab telah mendapat sertifikat halal.

"Kandidat vaksin Sinopharm juga mendapat emergency use authorization dari regulator pengawas obat di Republik Rakyat Tiongkok dan pada Juli 2020 sudah dapat izin Penggunaan emergensi di national medication product administration berdasarkan uji klinis fase 1 dan 2 dan telah mendapatkan sertifikat halal," jelas Penny.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Efek Samping

Adapun kamdidat vaksin Sinopharm telah uji klinis fase I dan fase II pada 12 April 2020 lalu dan tidak menunjukkan adanya dampak buruk pada manusia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya