Liputan6.com, Kuta: Sepuluh tahun silam, Sabtu 12 Oktober 2002, suasana Jalan Legian di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, malam itu sungguh semarak. Tawa dan cengkerama para turis yang umumnya adalah warga asing, memenuhi jalanan serta kafe, toko, dan penginapan yang memang banyak terdapat di sepanjang jalan ini. Makin malam, suka ria tak beranjak. Maklum, ini malam akhir pekan.
Namun, menjelang tengah malam, tepatnya pukul 23.05 Wita, suara ledakan membungkam semua kegembiraan itu. Dua tempat, Sari Club dan Paddy's Pub hancur tak berbentuk. Puluhan bangunan lainnya dalam radius 200 meter dari kedua tempat itu ikut bergetar dan mengalami kerusakan. Lebih dari itu, 202 nyawa meregang di Sari dan Paddy's. Tak hanya Indonesia, dunia dan 22 negara tempat asal korban ikut berduka.
Sejak peristiwa malam laknat itulah kita akrab dengan dua nama tempat hiburan tersebut. Sari Club dan Paddy's Pub tak lagi hanya dikenal oleh warga Jalan Legian serta para turis yang kerap menyambangi tempat itu. Sari dan Paddy's menjadi buah bibir serta penanda akan bahaya terorisme. Bahkan, ketika kedua tempat itu kini tak lagi ada, namanya tak hilang dari ingatan.
Kini, setelah sepuluh tahun berlalu, bekas lokasi dari kedua tempat hiburan paling dikenal di kawasan Kuta itu sungguh berbeda. Saat Liputan6.com mendatangi lahan yang dulu luluh-lantak itu, yang terlihat menyolok adalah bangunan Monumen Panca Benua yang lebih akrab disebut Ground Zero. Monumen ini diresmikan 12 Oktober 2004 oleh Bupati Badung, Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi.
Tak salah nama Ground Zero diberikan, karena lokasi monumen berada di antara Sari dan Paddy's, tepatnya di depan bekas areal Sari Club dan di samping kanan bekas areal Paddy's Pub. Di monumen tersebut tertulis 196 nama-nama korban tewas yang berhasil diidentifikasi. Ada pula 22 bendera yang berkibar, menandakan korban tewas berasal dari 22 negara. Monumen ini dibangun untuk mengenang dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan, terutama para korban ledakan Bom Bali pertama.
Di bekas areal Paddy's kini telah berdiri bangunan baru bernama Vi Ai Pi, sebuah tempat hiburan dengan embel-embel resto, club & lounge di belakang namanya. Sedangkan Paddy's juga kembali dibangun oleh pemilik lamanya, namun posisinya tidak lagi persis di lokasi yang lama. Paddy's yang baru bergeser beberapa puluh meter masih di Jalan Legian dan kini dikelola oleh putra Gde Wiratha.
Kondisi terkini di bekas lokasi Paddy's itu jauh berbeda dibandingkan dengan lahan yang dulu ditempati Sari Club. Sejak ledakan dahsyat 10 tahun lalu, status lokasinya masih terkatung-katung. Kini, lahan yang berada tepat di samping kanan monumen itu hanya berupa tanah kosong berdinding seng yang dicat hijau.
Sehari-hari lahan ini hanya jadi tempat parkir tak resmi bagi pengunjung Jalan Legian, khususnya mereka yang ingin melihat Ground Zero. Menjelang peringatan 10 tahun tragedi Bom Bali I, sejumlah foto korban pun dipajang pihak keluarga di dinding yang menjadi pembatas lahan ini dengan Jalan Legian.
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika pada pertengahan 2009 lalu memang telah melarang rencana membangun kembali bekas bangunan Sari Club. Mangku Pastika mengatakan, tidak boleh ada tempat hiburan baru lagi di lokasi ledakan, kecuali lokasi itu dibangun untuk penunjang monumen yang sudah ada. Namun, kabarnya pemerintah setempat belum menemukan pemilik lahan yang nganggur ini. (ADO/FRD)
Namun, menjelang tengah malam, tepatnya pukul 23.05 Wita, suara ledakan membungkam semua kegembiraan itu. Dua tempat, Sari Club dan Paddy's Pub hancur tak berbentuk. Puluhan bangunan lainnya dalam radius 200 meter dari kedua tempat itu ikut bergetar dan mengalami kerusakan. Lebih dari itu, 202 nyawa meregang di Sari dan Paddy's. Tak hanya Indonesia, dunia dan 22 negara tempat asal korban ikut berduka.
Sejak peristiwa malam laknat itulah kita akrab dengan dua nama tempat hiburan tersebut. Sari Club dan Paddy's Pub tak lagi hanya dikenal oleh warga Jalan Legian serta para turis yang kerap menyambangi tempat itu. Sari dan Paddy's menjadi buah bibir serta penanda akan bahaya terorisme. Bahkan, ketika kedua tempat itu kini tak lagi ada, namanya tak hilang dari ingatan.
Kini, setelah sepuluh tahun berlalu, bekas lokasi dari kedua tempat hiburan paling dikenal di kawasan Kuta itu sungguh berbeda. Saat Liputan6.com mendatangi lahan yang dulu luluh-lantak itu, yang terlihat menyolok adalah bangunan Monumen Panca Benua yang lebih akrab disebut Ground Zero. Monumen ini diresmikan 12 Oktober 2004 oleh Bupati Badung, Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi.
Tak salah nama Ground Zero diberikan, karena lokasi monumen berada di antara Sari dan Paddy's, tepatnya di depan bekas areal Sari Club dan di samping kanan bekas areal Paddy's Pub. Di monumen tersebut tertulis 196 nama-nama korban tewas yang berhasil diidentifikasi. Ada pula 22 bendera yang berkibar, menandakan korban tewas berasal dari 22 negara. Monumen ini dibangun untuk mengenang dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan, terutama para korban ledakan Bom Bali pertama.
Di bekas areal Paddy's kini telah berdiri bangunan baru bernama Vi Ai Pi, sebuah tempat hiburan dengan embel-embel resto, club & lounge di belakang namanya. Sedangkan Paddy's juga kembali dibangun oleh pemilik lamanya, namun posisinya tidak lagi persis di lokasi yang lama. Paddy's yang baru bergeser beberapa puluh meter masih di Jalan Legian dan kini dikelola oleh putra Gde Wiratha.
Kondisi terkini di bekas lokasi Paddy's itu jauh berbeda dibandingkan dengan lahan yang dulu ditempati Sari Club. Sejak ledakan dahsyat 10 tahun lalu, status lokasinya masih terkatung-katung. Kini, lahan yang berada tepat di samping kanan monumen itu hanya berupa tanah kosong berdinding seng yang dicat hijau.
Sehari-hari lahan ini hanya jadi tempat parkir tak resmi bagi pengunjung Jalan Legian, khususnya mereka yang ingin melihat Ground Zero. Menjelang peringatan 10 tahun tragedi Bom Bali I, sejumlah foto korban pun dipajang pihak keluarga di dinding yang menjadi pembatas lahan ini dengan Jalan Legian.
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika pada pertengahan 2009 lalu memang telah melarang rencana membangun kembali bekas bangunan Sari Club. Mangku Pastika mengatakan, tidak boleh ada tempat hiburan baru lagi di lokasi ledakan, kecuali lokasi itu dibangun untuk penunjang monumen yang sudah ada. Namun, kabarnya pemerintah setempat belum menemukan pemilik lahan yang nganggur ini. (ADO/FRD)