Ketum PBNU: Nasionalisme dan Agama Dua Kutub Saling Menguatkan, Jangan Dipertentangkan

Said menilai ujian moderasi polarisasi dua kutub ekstrem sudah dirasakan NU sejak awal pendiriannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Des 2021, 11:54 WIB
Diterbitkan 22 Des 2021, 11:54 WIB
PBNU dan Bulog Luncurkan Rumah Pangan Santri
Ketum PBNU Said Aqil Siroj memberikan sambutan saat peluncuran Rumah Pangan Santri di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (3/10). PBNU dan Bulog meluncurkan Rumah Pangan Santri yang dapat diakses melalui aplikasi di ponsel pintar. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengatakan, bahwa nasionalisme dan agama merupakan dua kutub yang saling menguatkan. Menurutnya, nasionalisme dan agama jangan dipertentangkan.

"Nasionalisme dan agama adalah dua kutub yang paling menguatkan, keduanya jangan dipertentangkan, demikianlah pusaka wasiat dari hadratussyekh Hasyim Asyari yang diamini dan disuarakan ribuan ulama pesantren," ucapnya dalam pembukaan Muktamar NU ke-34 di Lampung, Rabu (22/12/2021).

Said menyebut, bahwa hal tersebut adalah ujian atas sikap tawasuth yang sudah dimengerti NU. Selain itu, ujian moderasi polarisasi dua kutub ekstrem yang memang sudah dirasakan NU sejak awal pendiriannya.

"Mereka yang tidak paham sikap NU atas HTI maupun FPI barangkali memang belum mengerti betapa berat amanah  moderasi kutub kutub ekstrem di negeri ini," ujarnya.

"Bagi NU dan pesantren menjaga NKRI adalah amanah karena hanya dengan bersetia dengan konstitusi tatanan beragama dapat diselenggarakan," sambung Said.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Konsisten Jalankan Prinsip Agama

Menurut Said, tawasuth maupun moderat mustahil tercapai tanpa kemandirian. Kata dia, usia NU yang mencapai hampir se-abad disebabkan karena kemandirian dalam pengertian setia pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama.

"Kemandirian dalam pengertian sanggup dalam menyusun agenda agendannya sendiri, kemandirian dalam arti teguh dalam membawa semangat agama dan nasionalisme, dan semangat pluralis kebhinekaan," ungkapnya.

"Kemandirian dalam bidang politik, ekonomi dan budaya, kemandirian dalam arti sanggup bergaul dan berbagi dengan siapa saja sembari menjaga harga diri," pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya