Liputan6.com, Jakarta Gunung Anak Krakatau erupsi pada pukul 21.15 WIB, Minggu (17/4/2022). Akibat erupsi tersebut, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan semburan abu.
Tinggi kolom abu sekitar 800 meter di atas puncak.
"Terjadi erupsi G. Anak Krakatau pada hari Minggu, 17 April 2022, pukul 21:15 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 800 m di atas puncak (± 957 m di atas permukaan laut)," tulis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian ESDM dalam laman resminya, Minggu malam.Â
Advertisement
Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi ini terekam pada seismograf dengan amplitudo maksimum 55 mm dan durasi 40 detik.
PVMBG pun mengimbau masyarakat menjauhi kawah Gunung Anak Krakatau.
"Rekomendasi, masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah," info PVMBG.
Kronologi Peningkatan Aktivitas Sejak Erupsi Februari 2022
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, mengalami erupsi pada Kamis (24/3/2022) pukul 11.10 WIB kemarin. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan, erupsi terpantau melalui kamera CCTV di Pulau Sertung dengan tinggi kolom erupsi sekitar 1.000 meter dari atas puncak.
Kolom letusan teramati berwarna putih-kelabu tebal dan tersebar mengarah ke selatan.
"Hingga saat ini erupsi menerus masih berlangsung dengan tinggi kolom erupsi bervariasi antara 500 meter hingga 1.000 m dari puncak," kata Kepala PVMBG Andiani melalui keterangan tertulis, Kamis (24/3/2022).
Namun demikian, lanjut Andiani, dari rekaman getaran kegempaan menerus atau tremor Gunung Anak Krakatau, amplitudo getaran berfluktuasi dengan kecenderungan mengecil.
Ada pun kronologi peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau pascarangkaian erupsi Februari 2022, pada 23 Maret 2022 pukul 20.33 WIB teramati peningkatan aktivitas melalui alat kegempaan atau seismik dengan membesarnya amplitudo maksimum getaran tremor.
Â
Advertisement
Erupsi 24 Maret 2022
Kemudian pada 24 Maret 2022 mulai pukul 08.54 WIB, amplitudo maksimum mengecil tetapi kemudian meningkat kembali sejak pukul 08.55 WIB hingga melebihi skala alat.
Andiani menjelaskan, kegempaan Gunung Anak Krakatau selama 1-24 Maret 2022 ditandai dengan terekamnya gempa-gempa vulkanik dan gempa permukaan yang berasosiasi dengan pergerakan fluida atau magma dan gas.
"Kenaikan energi aktivitas vulkanik menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan relatif meningkat sejak membesarnya amplitudo maksimum tremor pada 23 Maret 2022," ujarnya.Â
Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi. Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava.
Erupsi 25 Maret 2022
Jumat pagi, 25 Maret 2022, Gunung Anak Krakatau (GAK) kembali erupsi sebanyak tiga kali. Letusan pertama berketinggian 2.000 meter dari atas puncak, pukul 05.26 WIB.
Gunung berketinggian 157 meter yang terletak di perairan Selat Sunda itu mengeluarkan abu berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal, condong ke arah timur.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 56 mm dan berdurasi 2 menit 56 detik," tulis Jumono, pembuat laporan yang dikutip melalui aplikasi Magma Indonesia, Jumat (25/03/2022).
Erupsi Gunung Anak Krakatau kedua terjadi sekitar satu jam setelah letusan pertama atau sekitar pukul 07.47 WIB. Ketinggian abu nya mencapai 1.000 meter, lebih rendah dari erupsi sebelumnya.
Kolom abu berwarna kelabu hingga hitam, condong ke arah timur. Letusannya terjadi sekitar 49 detik, dengan amplitudo maksimum 56 mm.
Selanjutnya erupsi ketiga hanya berselang kurang dari 30 menit, semenjak letusan kedua terjadi, ketinggiannya kembali bertambah, menjadi 1.500 meter dari atas puncak.
Letusan yang terjadi pukul 08.08 WIB itu, berlangsung sekitar 2 menit lamanya.
"Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal, condong ke arah timur. Erupsi ini terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 60 mm," terangnya.
Advertisement