Aktivitas Vulkanik Gunung Anak Krakatau Dipantau Intensif Usai Status Naik Jadi Siaga

PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mengungkap visual Gunung Anak Krakatau belum teramati usai statusnya dinaikkan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 25 Apr 2022, 16:03 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2022, 12:35 WIB
Penampakan Volume Gunung Anak Krakatau yang Menyusut
Pengamatan Gunung Krakatau dan Anak Krakatau dari Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampumg Selatan, Senin (31/12). Gunung Anak Krakatau diperkirakan kehilangan volume sekitar 150-180 juta m3. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mengungkap visual Gunung Anak Krakatau belum teramati usai statusnya dinaikkan. Minggu 24 April 2022 malam, status gunung tersebut naik dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Bagian Barat PVMBG Badan Geologi KESDM, Nia Haerani, mengatakan kondisi Gunung Anak Krakatau hingga pukul 10.00 WIB tertutup kabut. Sementara, kegempaannya menurun.

"Tetapi dari segi kegempaan saya lihat sudah menurun. Maksudnya gempa-gempa tremornya dia amplitudonya sudah menurun, namun demikian nah ini kita tetap pantau terus karena kan fluktuatif ya kadang naik, kadang turun. Makanya kita memantau 24 jam, ya mudah - mudahan turun terus. Tetapi kan kita belum bisa memprediksi ke arah itu, kita lihat nanti sejak statusnya Siaga laporannya dibuat per enam jam," ujar Nia kepada Liputan6.com, Bandung, Senin, 25 April 2022.

Dia mengatakan, laporan akan dilakukan per enam jam, usai penaikan status Gunung Anak Krakatau yaitu periode pukul 06.00-12.00 WIB.

Nia menuturkan sejak awal 2022, Gunung Anak Krakatau sudah mengalami tiga kali letusan atau erupsi.

"Pada Januari-Februari, kemudian Maret dan April. Yang di April ini secara visual ada perubahan material yang dikeluarkan. Kalau yang Januari hingga Maret itu hanya mengeluarkan material abu," kata Nia.

Tetapi pada letusan April 2022, Gunung Anak Krakatau dibarengi dengan keluarnya aliran lava selain abu vulkanik dan lontaran batuan pijar.

Namun kondisi ini, sebut Nia, merupakan karakter khas Gunung Anak Krakatau. Itu terjadi sejak 1927.

"Jadi bukan sesuatu hal yang luar biasa. Kalau kita perhatikan sejak tahun 1927 memang kondisinya seperti ini. Erupsi abu diselingi lontaran batuan pijar atau disebutnya letusan type strombolian dan aliran lava," ucap Nia.

 

Waspada Bencana

Suasana Evakuasi Warga Pulau Sebuku di Perairan Selat Sunda
Anak Krakatau.

Letusan Gunung Anak Krakatau kemarin, jelas Nia, sudah dipastikan type strombolian disertai aliran lava. 

Sementara, batuan pijar yang diletuskan oleh Gunung Anak Krakatau, lontarannya masih di radius 2 kilometer sekitaran kawah.

"Tapi untuk antisipasi jika suatu saat atau lontaran batunya semakin luas, kita nilai bahwa dinaikkan statusnya menjadi Level III atau Siaga," tegas Nia.

Sedangkan untuk abu vulkanik, Nia mengimbau kepada seluruh kelompok masyarakat agar mengantisipasi meluas sebarannya.

Sebaran abu vulkanik itu ditentukan oleh arah dan kecepatan angin. Sehingga berpotensi sebaran abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau meluas.

"Karena kan ukuran abu vulkanik sangat halus dan arah sebarannya tergantung arah dan kecepatan angin. Kalau kemarin arahnya ke arah tenggara Cilegon ya sampai ke sana. Mungkin bisa lebih jauh lagi," tukas Nia.

 

Status Dinaikkan

Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12). Dari ketinggian Gunung Anak Krakatau terus mengalami erupsi dengan mengeluarkan kolom abu tebal. (Liputan6.com/Pool/Susi Air)

Terhitung sejak tanggal 24 April 2022, pukul 18.00 WIB, PVMBG Badan Geologi KESDM aktivitas Gunung Anak Krakatau dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).

Rekomendasi yang diterbitkan agar masyarakat tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 5 kilometer dari kawah aktif Gunung Anak Krakatau.

Gunung Anak Krakatau berada di kawasan Selat Sunda, Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada posisi 06 derajat 06’05” LS dan 105 derajat 25’22,3” BT.

Karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara 1 – 6 tahun.

Seluruh erupsi ini menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava.

Paska erupsi yang terjadi pada tanggal 22 Desember 2018 yang kemudian kolapsnya tubuh bagian baratdaya dari Gunung Anak Krakatau, tinggi gunung api itu saat ini sekitar 150 meter diatas permukaan laut (m dpl).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya