39.000 Anak Palestina di Gaza Jadi Yatim Akibat Serangan Israel

Perang telah mengubah Jalur Gaza menjadi tanah yang tidak aman bagi anak-anak.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 06 Apr 2025, 07:12 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2025, 07:12 WIB
Warga Gaza Balik ke Pengungsian
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan banyak korban tewas merupakan anak-anak. (Bashar TALEB/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Gaza - Lebih dari 39.000 anak di Jalur Gaza telah kehilangan satu atau kedua orangtua mereka akibat serangan Israel yang terus-menerus sejak 7 Oktober 2023.

Menurut Biro Statistik Palestina seperti dilansir Al Mayadeen, Jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Dalam pernyataan yang dikeluarkan menjelang Hari Anak Palestina, biro tersebut mengonfirmasi bahwa 39.384 anak telah menjadi yatim sepanjang 534 hari pengeboman. Dari jumlah tersebut, sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orangtua dan kini "menghadapi kehidupan tanpa dukungan atau perawatan."

Sementara itu, sedikitnya 100 anak Palestina tewas atau terluka setiap harinya di Jalur Gaza sejak Israel melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025, kata kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini, mengutip UNICEF pada Jumat (4/4). Menyebut situasi ini mengerikan, Lazzarini menyayangkan hidup anak-anak yang terputus akibat perang yang bukan mereka yang buat.

Lazzarini menyatakan 15.000 anak dilaporkan telah tewas sejak perang terbaru dimulai di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. 

"Ini adalah noda bagi kemanusiaan kita bersama. Tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan anak-anak di mana pun mereka berada," tegasnya, sambil menyerukan gencatan senjata segera.

PBB: Israel Jadikan Pangan dan Bantuan Sebagai Senjata di Gaza

Potret Anak-anak Berebut Pembagian Makanan untuk Berbuka Puasa di Kamp Nuseirat Gaza
Anak-anak Palestina mendapatkan bagian dari makanan berbuka puasa untuk keluarga mereka di sebuah titik distribusi makanan gratis di kamp pengungsi Nuseirat, Jalur Gaza tengah, pada 14 Maret 2025. (Eyad BABA/AFP)... Selengkapnya

Lazzarini menyebut Israel menjadikan bantuan kemanusiaan sebagai senjata dalam perang di Jalur Gaza. Dia menyuarakan keprihatinan atas memburuknya kondisi di wilayah kantong Palestina yang terkepung itu, di mana blokade dan aksi militer Israel terus menghancurkan populasi.

"Kelaparan dan keputusasaan meluas saat pangan dan bantuan dijadikan senjata," tutur Lazzarini, menyoroti akibat dari blokade total oleh Israel.

Dia mencatat bahwa sudah lebih dari sebulan Jalur Gaza berada dalam keadaan pengepungan total, dengan otoritas Israel menghalangi masuknya pasokan penting, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar—yang dia sebut sebagai hukuman kolektif.

Penolakan akses bantuan yang berkelanjutan, diperingatkan Lazzarini, turut menyebabkan keruntuhan tatanan sipil.

Rakyat Palestina di Jalur Gaza, kata dia, sudah kehabisan tenaga sementara mereka terus dikurung di tanah yang sempit. Dia mendesak agar bantuan diizinkan masuk dan pengepungan dihentikan.

Hamas: Serangan pada Fasilitas Vital Bertujuan Mencekik Warga Gaza

Warga Gaza Balik ke Pengungsian
Seorang anak laki-laki berjalan dengan jeriken kosong bersama orang-orang yang mengungsi akibat konflik dan melarikan diri dari Beit Hanun, Jalur Gaza utara tiba di Kota Gaza pada 18 Maret 2025. (Bashar TALEB/AFP)... Selengkapnya

Hamas pada Jumat, mengutuk serangan Israel yang berkelanjutan di Jalur Gaza, dengan menyatakan bahwa kecepatan pembantaian yang dilakukan oleh tentara pendudukan fasis terhadap warga sipil yang tidak bersenjata terus berlanjut di seluruh wilayah Jalur Gaza.

Kelompok itu menyoroti bahwa daerah-daerah seperti Khuzaa, timur Khan Younis, Kota al-Nasr, timur Rafah, dan lingkungan Shujaiya serta al-Tuffah di Gaza Timur menjadi sasaran kekejaman Israel selama beberapa waktu terakhir.

Pernyataan Hamas lebih lanjut mencatat bahwa serangan Israel termasuk menargetkan pabrik desalinasi air di lingkungan al-Tuffah di Gaza Timur. Mereka menegaskan bahwa ini adalah kejahatan perang yang jelas dengan tujuan memperketat pengepungan dan semakin mencekik warga sipil yang tidak bersalah.

Hamas menekankan eskalasi militer yang sistematis, penargetan terhadap daerah padat penduduk, dan pemblokiran warga sipil dari kebutuhan dasar hidup dan kelangsungan hidup mereka menunjukkan tujuan sejati Israel, yang lebih dari sekadar upaya untuk mengambil kembali tawanan, melainkan kampanye balas dendam fasis dan sadis, serta upaya melaksanakan rencana-genosida dan pemindahan paksa.

Agresi Israel yang berkelanjutan di Jalur Gaza terus memakan korban yang sangat besar, di mana menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza setidaknya 86 orang tewas dan 287 lainnya terluka pada Jumat. Rumah sakit di Jalur Gaza disebut kewalahan dengan jumlah korban luka yang terus berdatangan akibat serangan terbaru.

Sejak 18 Maret 2025, hari di mana Israel kembali membombardir Jalur Gaza, jumlah kematian yang tercatat telah mencapai 1.249 orang, dengan 3.022 lainnya terluka.

Otoritas kesehatan Jalur Gaza menyatakan jumlah total korban tewas akibat agresi Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2023 kini telah mencapai setidaknya 50.609 dan 115.063 lainnya cedera.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya