Belasan Sapi di Kota Tangerang Positif PMK, Pemkot Lakukan Isolasi Peternak

Sapi-sapi yang positif PMK tersebut berasal dari peternak yang berada di Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Saat ini, Abduh memastikan, bila peternakan tersebut ataupun pengelolanya tengah diisolasi, agar tidak berinteraksi dengan peternak lainnya, sehingga penularan bisa diputus.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 10 Jun 2022, 08:38 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2022, 08:32 WIB
Produksi Susu Sapi Perah di Jakarta Tidak Terpengaruh PMK
Sejumlah sapi terlihat di salah satu peternakan sapi perah kawasan Duren Tiga, Jakarta, Rabu (25/5/2022). Menurut pekerja, isu wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) akhir-akhir ini tidak berpengaruh terhadap penjualan susu sapi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 13 sapi di Kota Tangerang, ditemukan positif Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Pemkot setempat pun langsung mengisolasi hewan ternak yang kedapatan positif penyakit tersebut.

"Temuannya itu sekitar pertengahan Mei 2022. Saat ini kondisinya satu ekor sudah sembuh, lainnya masih dalam perawatan dan pengawasan kami," ujar Abduh Surahman, Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang, Jumat (10/6/2022).

Sapi-sapi yang positif PMK tersebut berasal dari peternak yang berada di Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Saat ini, Abduh memastikan, bila peternakan tersebut ataupun pengelolanya tengah diisolasi, agar tidak berinteraksi dengan peternak lainnya, sehingga penularan bisa diputus.

"Sembari diisolasi, ke-13 sapi itu saat ini tengah mendapat perawatan obat-obatan dan vitamin. Karena dipastikan, PMK yang menjangkit hewan ternak ini bisa sembuh, jadi silahkan melapor bila menemukan hewan ternaknya dengan ciri-ciri PMK," ujar Abduh.

Sebelumnya, temuan tersebut bermula dari adanya peringatan dari Kementan pada Mei lalu. Setelah menerima peringatan dari Kementan bahwa Jawa Timur dan Aceh berjangkit PMK, pihaknya mengundang peternak yang ada di Kota Tangerang dalam rangka sosialisasi. 

"Nah, tiga hari setelah diundang ada laporan masuk dari salah satu peternak bahwa sapinya memiliki ciri-ciri sama dengan yang sudah kena PMK. Maka kemudian kita lakukan survei, ada 13 ekor sapi dan kemudian kita ambil air liurnya dan kita kirim ke Subang," tutur Abduh.

Dua hari kemudian muncul konfirmasi dari laboratorium di Subang, bila sampel air liur 13 ekor sapi yang dikirimkan positif PMK. Sejak kejadian itu, DKP gencar menemui para peternak untuk melakukan isolasi dan pembatasan-pembatasan agar mereka tidak berhubungan dengan peternak yang ternaknya sakit. 

"Cuma satu sih (peternak yang ternaknya sakit PMK), itu milik Pak H Rozi di Cipondoh,” ungkapnya. 

Belakangan diketahui, bila ke-13 sapi positif PMK tersebut berasal dari Jawa Timur, yang diketahui tiba pada Mei lalu.

"Serba salah, pengakuan peternaknya kalau uang transaksi sudah dikirim dari jauh-jauh hari. Mereka khawatir, kalau sapi tidak dikirim, uangnya hangus," ungkap Abduh. 

Untuk itu, pihaknya terus melakukan pengawasan, agar penyakit serupa tak menular ke hewan ternak lainnya.

Kenaikan Drastis di Probolinggo

Produksi Susu Sapi Perah di Jakarta Tidak Terpengaruh PMK
Pekerja memerah susu sapi di salah satu peternakan sapi perah kawasan Duren Tiga, Jakarta, Rabu (25/5/2022). Perternakan sapi perah di tempat tersebut selalu rutin menjaga kesehatan sapi dengan mendatangkan dokter. Dan saat ini harga susu dijual Rp 11.000 per liter. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Probolinggo sangat cepat sampai 100 persen. Oleh karena itu, tidak semua orang boleh keluar masuk kandang dan tidak diperkenankan sapi dibawa keliling.

“Penyebarannya sampai 100 persen dan angka kesakitannya sampai 90-95 persen. Sakit itu tidak bisa makan dan tidak bisa berdiri. Sedangkan angka kematiannya itu bisa mencapai 1 hingga 5 persen,” kata Medik Veteriner Muda Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo Nikolas Nuryulianto, Kamis (9/6/2022).

Untuk mencegah penyebaran wabah PMK semakin meluas, jelas Niko, semua harus bersama-sama berupaya menghindari penularan PMK dengan jalan menjaga higienitas sanitasi dan penyemprotan disinfektan.

“Jika hanya satu orang satu dalam daerah saja keluar ke tempat lain dan yang lainnya tidak higienitas sanitasi dan penyemprotan disinfektan, hasilnya tidak maksimal. Makanya edukasi berupa pemberian informasi dan komunikasi perlu dilakukan,” jelasnya.

Niko meminta masyarakat agar tidak pernah bosan dan tidak henti-hentinya melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan sekitar kandang, peralatan maupun peternak itu sendiri.

“Bahkan tamu yang akan masuk ke kandang juga harus disemprot. Tidak hanya itu, peternak yang sedang mencari pakan setelah pulang disemprot karena virus ini bisa menular melalui udara mana saja. Mkanya kalau mau keluar semport dan mau masuk juga disemprot,” terangnya.

Menurut Niko, untuk PMK penanganannya hampir sama dengan Covid-19. Tetapi PMK malah lebih kompleks lagi karena yang harus disemprot dengan disinfektan itu bukan hanya kandangnya saja, tetapi juga sarana dan prasarananya, ternaknya serta orang yang keluar masuk kandang.

“Jadi dalam penanganan wabah PMK ini banyak yang harus disemprot mulai dari kandang, ternak, peralatan hingga orangnya sendiri. Orang yang keluar masuk kandang harus menjaga higiene santasi dan penyemprotan disinfektan,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya