Soal Kontestan Pilpres Klaim Mewakili NU, Gus Yahya: Silakan Yakinkan Warga

Gus Yahya menegaskan, PBNU tidak memiliki kekuatan elektoral blok sehingga dapat turun langsung menyatakan dukungan terhadap kontestan Pilpres 2024.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 02 Sep 2023, 18:35 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2023, 18:35 WIB
KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya
KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. (liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menanggapi adanya kontestan dalam Pilpres 2024 yang mengklaim sebagai representasi Nahdlatu Ulama (NU). Dia pun mempersilakan kontestan tersebut meyakinkan warga NU.

“Soal klaim bahwa ini dari NU, orang NU, ya silakan meyakinkan warga," tutur Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).

Gus Yahya menegaskan, PBNU tidak memiliki kekuatan elektoral blok sehingga dapat turun langsung menyatakan dukungan terhadap kontestan Pilpres 2024. Dengan begitu, menjadi tugas masing-masing aktor politik yang berkepentingan untuk meyakinkan warga NU.

“Yang perlu diyakinkan itu bukan NU, bukan kami pengurus NU ini, tapi rakyat,” jelas dia.

Gus Yahya pun mengulas pada 1973 lalu, NU memang pernah menjadi partai politik. Namun, para ulama telah bersepakat dan membuat keputusan bahwa NU tidak lagi beroperasi sebagai partai politik dan tidak lagi menjalankan fungsi politik praktis.

"Tetapi kembali kepada fungsinya organisasi keagamaan kemasyarakatan. Itu keputusan muktamar tahun 1984 yang dulu terkenal sebagai keputusan kembali ke khittoh," Gus Yahya menandaskan.

PKB Sebut Cak Imin Dapat Restu Ulama, Gus Yahya: Klaim Didukung Kiai PBNU Tidak Benar

Gus Yahya
Gus Yahya, panggilan akrab Yahya Cholil Staquf, saat menghadiri acara Pembukaan Pendidikan Dasar Pendidikan Kader Penggerak NU (PD-PKPNU) Sumut II, di Aula Madinatul Hujjaj Asrama Haji, Kota Medan, Selasa (7/3/2023)

Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya merespon pernyataan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bahwa para ulama di Jawa Timur telah memberikan dukungan kepada Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai calon wakil presiden mendampingi bacapres Anies Baswedan.

"Pertama kami hanya bisa mengucapkan selamat sudah dapat jodoh, nggak jomblo lagi. Kemudian kalau soal sikap, sudah saya sebutkan berulang kali. Saya tegaskan lagi di sini tidak ada calon atas nama NU. Jadi kalau ada calon itu kredibilitasnya sendiri, kapasitasnya sendiri, track record-nya sendiri dan seterusnya. Tidak ada calon atas nama NU," tutur Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).

"Kalau ada klaim kiai-kiai PBNU merestui itu sama sekali tidak benar, karena tidak pernah ada sama sekali pembicaraan di PBNU mengenai calon sama sekali. Sama sekali nggak pernah ada pembicaraan di PBNU tentang calon-calon presiden," sambungnya.

Gus Yahya menyatakan, pembahasan soal capres-cawapres merupakan domain partai politik. Hal itu pun di luar dari kapasitas PBNU sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.

"Silahkan berjuang untuk mendapatkan kepercayaan rakyat. Tapi saya ulangi sekali lagi tidak ada calon atas nama NU," kata Gus Yahya.

Politisi PKB: Takdir yang Menjodohkan Pak Anies dengan Gus Muhaimin

Sebelumnya, Politisi PKB Abdul Rokhim alias Cak Rokhim mengungkapkan, proses Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menerima tawaran menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan terbilang sangat cepat.

"Ini komunikasinya sangat cepat. Ini mungkin takdir ya, takdir yang menjodohkan antara Pak Anies dengan Gus Muhaimin. Karena prosesnya memang sangat cepat, jadi komunikasinya ini begitu ada tawaran dari Nasdem, PKB menyambut baik, akhirnya dirapatkan," tutur Cak Rokhim Live YouTube Trijaya FM, Sabtu (2/9/2023).

"Ya dalam satu, dua hari kemarin. Kemudian ada tawaran, kemudian kemarin pagi digelar rapat pleno di DPP PKB di Kantor PKB di Jakarta oleh jajaran Dewan Syuro dan Tanfiz," sambungnya.

Menurut Cak Rokhim, jajaran PKB di Surabaya pun turut langsung menggelar rapat serupa pada sore harinya dengan melibatkan lebih banyak lagi internal partai.

“Sekaligus melibatkan para ulama dari berbagai pesantren di Jawa Timur. Karena budaya kita adalah kita mendengarkan nasihat para ulama para kyai terkait langkah-langkah strategis yang diambil oleh PKB,” jelas dia.

Infografis Sinyal PKB Pindah Haluan ke PDIP. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Sinyal PKB Pindah Haluan ke PDIP. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya