Respons Masalah Sampah Plastik, Anak Muda Tagih Political Will Pemangku Kebijakan

Merespons semakin parahnya masalah pengelolaan sampah khususnya limbah plastik di Jakarta, Yayasan Partisipasi Muda (YPM) atau yang lebih dikenal dengan Generasi Melek Politik (GMP) menghelat workshop pelatihan pembuatan kebijakan publik bernama Academia Politica bertemakan “Mengemban Limbah Kita, Benahi Kota Plastik”.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 07 Sep 2023, 14:48 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2023, 02:07 WIB
Yayasan Partisipasi Muda (YPM) atau yang lebih dikenal dengan Generasi Melek Politik (GMP) menghelat workshop pelatihan pembuatan kebijakan publik bernama Academia Politica bertemakan “Mengemban Limbah Kita, Benahi Kota Plastik” (Istimewa)
Yayasan Partisipasi Muda (YPM) atau yang lebih dikenal dengan Generasi Melek Politik (GMP) menghelat workshop pelatihan pembuatan kebijakan publik bernama Academia Politica bertemakan “Mengemban Limbah Kita, Benahi Kota Plastik” (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Merespons semakin parahnya masalah pengelolaan sampah khususnya limbah plastik di Jakarta, Yayasan Partisipasi Muda (YPM) atau yang lebih dikenal dengan Generasi Melek Politik (GMP) menghelat workshop pelatihan pembuatan kebijakan publik bernama Academia Politica bertemakan “Mengemban Limbah Kita, Benahi Kota Plastik”.

Direktur Eksekutif Yayasan Partisipasi Muda (YPM), Neildeva Despendya Putri menyampaikan, pengelolaan sampah bukan hanya soal infrastruktur namun juga rendahnya political will dari pemangku kebijakan. Hal itu disampaikan Neildeva di Auditorium Gedung C, FISIP Universitas Indonesia saat berkolaborasi dengan Satuan Inisiator Jingga (SATRIA), Jumat (1/9).

“Kebijakan pengelolaan sampah yang lebih baik harus menjadi refleksi dan tanggung jawab dari Pemerintah, kalangan bisnis, DPRD, organisasi sipil, akademisi, termasuk anak muda yang dapat ambil bagian dalam upaya penyelesaian masalah lingkungan melalui produk kebijakan publik," kata Neildeva, seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (6/9/2023).

Neildeva meyakini dengan langkah politik yang strategis, maka bukan tidak mungkin masalah sampah terutama limbah plastik dapat diselesaikan. Apalagi, dengan melibatkan peranan anak muda.

“Jadi kini saatnya anak muda memahami sepenuhnya isu politik dan masalah krisis iklim Indonesia, sehingga kedepannya tak lagi menjadi kantong suara semata,” pesan dia.

Neildeva berharap, anak muda tidak hanya menjadikan terminologi Pemilu sebagai sebuah gimmick seperti Politisi Millennial, Partai Gen Z, Presiden Gen Z. Sebab, suara sebagai anak muda tidak ada yang mewakilkan.

“Tidak ada yang benar-benar paham isu yang dihadapi anak muda. Padahal isu besar seperti krisis iklim sudah di depan mata. Tujuan diadakannya program Academia Politica ini adalah memberikan workshop roleplaying membuat kebijakan publik dari kacamata masing-masing stakeholder seperti NGO sampai Pemerintah,” pesan Neildeva.

Siapkan Para Pemimpin Muda Indonesia

Neildeva menjelaskan, program Academia Politica bertujuan untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda Indonesia. Agar, ketika duduk di bangku pemimpin entah itu kampus, kantor atau di tingkat RT hingga parlemen, anak muda dapat paham soal emerging collective issue bersama dihadapi, seperti masalah lingkungan dan krisis iklim.

“Academia Politica dapat menjadi tempat belajar, wadah intelektual, dan wadah partisipasi pemuda Indonesia untuk mendapatkan kemampuan agenda setting, negosiasi, argumentasi, hingga merumuskan rekomendasi kebijakan,” Neildeva menandasi.

Infografis Tiongkok Blokir Aplikasi Populer
Infografis Tiongkok Blokir Aplikasi Populer
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya