Liputan6.com, Jakarta - Mendukung keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengurangan sampah plastik, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) secara resmi meluncurkan program "Dari Air Jadi Kebaikan." Bekerja sama dengan ParagonCorp, mereka menyediakan Water Refill Station secara gratis di tujuh halte bus.
"Program 'Dari Air Jadi Kebaikan' adalah wujud komitmen kami untuk terus berinovasi dalam memberikan layanan terbaik sekaligus berkontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan," kata Kepala Departemen Hubungan Masyarakat dan CSR Transjakarta, Ayu Wardhani, seperti dikutip dari situs web Transjakarta, Rabu, 16 April 2025.
Baca Juga
Ia menyambung, "Kami percaya bahwa setiap tegukan air yang diisi di Water Refill Station ini dapat jadi langkah kecil yang bermakna untuk perubahan lebih besar." Tujuh halte Transjakarta lokasi stasiun pengisian air minum gratis tersebut adalah Halte CSW, Halte Bundaran Senayan, Halte Senayan Bank DKI, Halte Karet, Halte Dukuh Atas, Halte Tosari, dan Halte M.H. Thamrin.
Advertisement
Lebih dari sekadar penyediaan air minum gratis, platform ini bermaksud mendorong gaya hidup berkelanjutan dengan mengajak seluruh pelanggan membawa tumbler pribadi. Langkah sederhana ini diharapkan dapat berkontribusi nyata dalam upaya mengurangi sampah plastik sekali pakai.
"Dari Air Jadi Kebaikan" juga membuka ruang partisipasi sosial yang inklusif. Setiap pelanggan yang memanfaatkan stasiun pengisian air minum gratis berkesempatan berbagi kebaikan melalui kolaborasi dengan KitaBisa, Carbon Ethics, dan Baznas Bazis Provinsi DKI Jakarta.
Darurat Sampah Plastik
Dengan memindai QR Code yang tersedia di setiap stasiun pengisian air minum gratis, pelanggan dapat berdonasi untuk mendukung berbagai program, mulai dari bantuan stunting, pelestarian mangrove, hingga bantuan bagi penyandang disabilitas.
Ayu menyatakan bahwa program ini sejalan dengan visi Transjakarta dalam menghadirkan layanan transportasi yang tidak hanya efisien dan aman, tapi juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan. "Ini adalah langkah nyata kami dalam mendukung gaya hidup yang lebih berkelanjutan di kota Jakarta," tandasnya.
Darurat sampah plastik memang sudah terus-menerus digaungkan, dan tidak hanya di Jakarta. Menurut data National Plastic Action Partnership (NPAP), aliran sampah plastik ke lautan Indonesia diproyeksikan akan meningkat 30 persen, jadi sekitar 800 ribu ton pada 2025.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, produsen, dan masyarakat. Melalui "Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen Kementerian Lingkungan Hidup," pemerintah menargetkan pengurangan sampah produsen sebesar 30 persen dari total timbulan sampah pada 2029, rangkum kanal Bisnis Liputan6.com.
Advertisement
Larangan Air Minum dalam Kemasan Kurang dari 1 Liter di Bali
Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali telah mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang melarang produksi dan penjualan air minum kemasan plastik di bawah satu liter. Bagaimana tanggapan pebisnis hotel yang notabene terdampak ketetapan tersebut?
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, IGN Rai Suryawijaya, menyebut bahwa pada dasarnya, pihaknya mendukung upaya pengurangan sampah plastik di Bali. "Tapi, memang harus ada alternatif maupun solusi yang ditawarkan," katanya melalui sambungan telepon pada Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 15 Juni 2025.
"Kalau di hotel," ia melanjutkan. "Sebenarnya kami sudah melakukan itu (pengurangan volume limbah plastik). Sejak beberapa tahun, kami tidak menyediakan lagi air minum dalam kemasan lagi. Kami ganti dengan botol, nanti bisa di-refill (di hotel) oleh tamu."
Cara ini, menurut Rai, tidak hanya mendukung lingkungan, namun juga mengurangi biaya operasional. "(Hotel) menghemat sekitar 10─15 persen (karena menyediakan air isi ulang, alih-alih air minum dalam kemasan)," ujar dia.
Kata Gubernur Bali
Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, SE terkait air kemasan plastik bukan ingin mematikan pengusaha, mengingat produsen air minum lokal di Bali juga tidak sedikit. Namun, ia menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut hanya dibatasi penggunaan bahan yang merusak lingkungannya, dan diizinkan jika melahirkan inovasi pengganti yang lebih ramah lingkungan.
"Silakan berproduksi, tapi jangan merusak lingkungan, kan bisa botol kaca, bukan plastik seperti di Karangasem, ada kan bagus botolnya," ujar dia, lapor Antara. Untuk menjelaskan langkah ini, pihaknya akan dilakukan pertemuan dengan para pengusaha air minum kemasan, baik perusahaan besar maupun milik UKM lokal Bali.
"Saya akan mengumpulkan semua, ada PDAM, perusahaan-perusahaan swasta di Bali, mereka akan saya undang semua, tidak boleh lagi memproduksi minuman kemasan yang satu liter ke bawah, kan ada yang seperti gelas itu tidak boleh lagi, kalau galon boleh," jelasnya.
Koster memastikan semua pengusaha yang mengedarkan produknya di Bali akan diajak berbicara. Selain produsen, ia mengantisipasi peredaran yang dilakukan pemasok, sehingga surat edaran juga mengatur larangan mendistribusikan produk atau minuman kemasan plastik sekali pakai di wilayah Provinsi Bali.
Advertisement
