Liputan6.com, Jakarta - Masalah sampah plastik tak kunjung teratasi di Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq pun akan menggunakan pendekatan berbeda untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan konsep polluter pays principle.
"Jadi siapapun yang mencemarkan lingkungan, termasuk brand-brand itu, harus bertanggung jawab. Untuk tanggung jawabnya bagaimana nanti ada semacam tuntutan bisa diselesaikan melalui di luar pengadilan sebagaimana diatur dalam Undang Nomor 32 Tahun 2009, maupun melalui pengadilan," jelas Menteri LH saat meninjau pengelolaan sampah Rest Area KM 57, Rabu, 26 Maret 2025, dikutip dari Antara, Minggu, 30 Maret 2025.
Baca Juga
Usaha Kementerian Lingkungan Hidup Kelola Sampah yang Diprediksi Bertambah 72 Ribu Ton di Masa Mudik Lebaran
Indonesia Masuk 20 Besar Negara dengan Polusi Udara Tertinggi, Apa Kata Menteri Lingkungan Hidup?
Bertemu Pedagang sampai Masuk WC Umum, Menteri LH Minta Pasar Tradisional Lebih Tegas Tangani Sampah
Pemerintah sebelumnya sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen sebagai bagian dari Extended Producer Responsibility (EPR) atau tanggung jawab produsen yang diperluas, menyasar produsen sektor manufaktur, jasa makanan dan minuman serta ritel.
Advertisement
Dengan pendekatan itu, pihaknya akan menuntut pertanggungjawaban produsen yang sampah kemasan plastiknya mencemari lingkungan. "Saya tidak main-main, saya akan serius untuk mengurangi itu. Karena kalau itu bisa dilaksanakan, akan mengurangi beban sampah kita," imbuhnya.
Langkah lebih tegas diambil setelah dalam kunjungan ke Bali, ia menemukan banyak sampah di pesisir yang berasal dari sejumlah produsen besar dan masih menggunakan kemasan plastik sekali pakai, termasuk kemasan saset dan kemasan multilayer. Total sampah yang diangkut dari sejumlah pantai di Bali juga mencapai puluhan ton selama musim angin muson barat lalu.
Hasil Audit Brand Sungai Watch 2024
Pada Februari 2025, organisasi lingkungan berbasis di Bali, Sungai Watch, resmi merilis Brand Audit Report 2024. Edisi kelima laporan tahunan ini disebut "lebih dari sekadar data," karena merupakan "peringatan bagi perusahaan, pembuat kebijakan, dan konsumen tentang merek yang mendominasi sampah plastik."
Dalam laporannya, dikutip Kamis, 27 Februari 2025, Sungai Watch menulis, "Tahun ini (2024), kami telah memperluas operasi pembersihan kami di Jawa Timur, dengan mengambil sampel terbesar dan paling beragam secara geografis. Dengan perluasan ini, kami melihat tren perubahan dalam polusi plastik."
Satu, kata mereka, ada pemimpin baru di antara perusahaan-perusahaan paling berpolusi, menandai perubahan peringkat pertama dalam empat tahun terakhir. Kedua, ketergantungan yang meluas pada wadah air minum plastik, mengungkap tantangan yang sedang berlangsung dalam akses ke air bersih.
"Analisis ini juga sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Indonesia, yang menargetkan pengurangan sampah laut sebesar 70 persen pada 2025. Meski tujuan ini ambisius dan mendesak, kami belum melihat perubahan konkret di lapangan," sebut Sungai Watch.
Advertisement
Daftar Produsen dan Brand yang Menduduki 10 Besar Poluter Sampah Plastik 2024
Sungai Watch menyatakan bahwa kesenjangan antara kebijakan dan aksi masih lebar. "Laporan ini dirancang untuk mendorong percakapan yang konstruktif dan perubahan yang berarti. Kita membutuhkan aksi yang mendesak dan sistemik, bukan sekadar janji," mereka menyatakan.
Berdasarkan Brand Audit Sungai Watch tahun 2024 di Banyuwangi dan Bali, dengan total sampel 623.021 item, berikut 10 perusahaan induk penyumbang sampah plastik terbanyak tahun lalu:
Wings (52.600)
Danone (39.480)
Indofood (34.043)
Unilever (32.372)
Mayora (30.209)
Ultrajaya (29.543)
OT (24.531)
Nestle (17.678)
Yakult (17.243)
Sosro (16.419)
Berdasarkan komparasi data tahun 2023 dan 2024, merek yang naik level sebagai polutan plastik terbanyak adalah Wings, Unilever, Mayora, dan Yakult. Di sisi lain, yang turun peringkat, yakni Danone, Ultrajaya, dan OT.
Sementara itu, dari jajaran brand, berikut 10 merek penyumbang sampah plastik terbanyak berdasarkan Brand Audit Sungai Watch tahun 2024 di Banyuwangi dan Bali, dengan total sampel 623.021 item:
AQUA, Danone (36.826)
Indomilk, Indofood (21.641)
Ultramilk, Ultrajaya (19.254)
Teh Gelas, OT (18.444)
Yakult (17.243)
You C 1000 (12.331)
Teh Pucuk, Mayora (12.219)
Cimory (10.890)
Red Bull (9.908)
Pepsodent, Unilever (9.724)
Â
Sampah Plastik Bukti Kegagalan Desain
Dengan data tersebut, untuk pertama kalinya Danone turun ke peringkat 2, di bawah WINGS. Produsen FMCG lokal itu dinilai bertanggung jawab atas banyak kemasan saset sekali pakai yang belum bisa didaur ulang di Indonesia. Catatan Sungai Watch, sampah saset menempati porsi 41 persen limbah plastik yang dihasilkan WINGS dan bocor ke lingkungan.
Sementara, sampah plastik Danone didominasi oleh gelas plastik yang lagi-lagi disebut masih sulit didaur ulang di Indonesia. Indofood, mereka menyambung, tetap jadi perusahaan induk pencemar terbesar ketiga di Indonesia, dengan peringkat yang sama pada 2023. Dengan 49 merek berbeda yang ditemukan dalam aksi pembersihan, jejak plastik perusahaan ini mencakup produk makanan, susu, dan minuman.
"Sampah plastik bukan sekadar masalah lingkungan," kata Sungai Watch. "Ini adalah kegagalan desain yang harus ditangani di setiap level. Kita tidak bisa terus-menerus mengumpulkan sampah. Sudah saatnya memunculkan akuntabilitas, tanggung jawab, dan solusi nyata."
"Apakah Anda seorang pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, atau konsumen sehari-hari, Anda berperan memperbaiki sistem yang rusak ini. Bergabunglah dengan kami dalam menuntut aksi nyata. Bagikan data. Minta pertanggungjawaban merek. Dukung solusi nyata. Perubahan dimulai sekarang!" tandasnya.
 Â
Advertisement
