Liputan6.com, Jakarta - Kemelut antara Iran dengan Israel kembali memanas pada Sabtu (13/4/2024) kemarin. Sejumlah drone dan misil diluncurkan dari Iran ke beberapa wilayah di Israel.
Serangan ini merupakan sikap balasan atas tragedi serangan konsulat jenderal di Syiria oleh Israel yang menewaskan 7 anggota korps garda revolusi Iran. Hal ini pun disebut banyak pihak bisa memicu meletusnya perang dunia ketiga.
Baca Juga
Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana yang menilai serangan dari Iran bisa diklaim sebagai bentuk membela diri.
Advertisement
“Iran mendasarkan diri pada hak untuk membela diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB. Konsep yang digunakan oleh Israel saat menyerang Hamas di Gaza hingga saat ini,” kata dia, Minggu (14/3/2024).
Titik krusial meluasnya perang, lanjut Hikmahanto, ketika Amerika Serikat bersikap akan berada di belakang Israel dengan memberikan bantuan. Ikut campur tangannya Amerika ini lah yang bisa memicu perang dunia ketiga.
“Bila AS akan tetap membantu Israel dalam serangan balasan ke Iran bukannya tidak mungkin negara-negara lain seperti Korea Utara dan Rusia akan membantu Iran,” kata dia.
“Perang di Timur Tengah akan bereskalasi yang menjurus pada terjadinya Perang dunia III yang tentunya akan merugikan seluruh umat manusia,” tambah akademisi yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Jenderal A Yani.
Sikap Indonesia
Oleh sebab itu, Hikmahanto menyarankan agar Pemerintah Indonesia perlu untuk turun tangan memastikan agar serangan bisa dihentikan, termasuk serangan ke Gaza oleh Israel.
“Pertama, meminta Dewan Keamanan PBB untuk melakukan sidang darurat atas serangan Israel ke Kedubes Iran. Bila perlu berinisiatif membuat Resolusi Majelis Umum yang mengutuk tindakan Israel,” ujarnya.
Kemudian, Hikmahanto juga menyarankan Indonesia bisa melakukan shuttle diplomacy ke Amerika dan beberapa negara Eropa untuk tidak mendukung tindakan salah dari Israel.
“Negara-negara ini seharusnya memberi contoh agar negara-negara tunduk pada hukum internasional,” jelasnya.
Hikmahanto juga mendesak agar posisi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mundur atau dicopot dari jabatannya. Sebagai bentuk kesalahan atas serangan militer baik ke Gaza ataupun ke Iran.
“Mengingat serangan ke Gaza maupun Iran hanya bisa dihentikan oleh siapa pun yang menjabat sebagai perdana menteri dan tidak dijabat oleh Benjamin Nethanyahu,” tuturnya.
Advertisement
Serangan Iran ke Israel
Sebelumnya, menurut IDF, Iran meluncurkan drone dari dalam wilayahnya menuju Israel.
"IDF dalam keadaan siaga tinggi dan terus memantau situasi operasional," sebut IDF seperti dilansir CBS News, Minggu (14/4).
"Array Pertahanan Udara IDF dalam keadaan siaga tinggi, bersama dengan jet tempur IAF dan kapal Angkatan Laut Israel yang sedang menjalankan misi pertahanan di wilayah udara Israel. IDF memantau semua target.”
Para pejabat Israel menuturkan kepada CBS News, butuh waktu berjam-jam sebelum drone tersebut mencapai wilayah udara Israel.
Peringatan mulai terdengar di seluruh Israel sekitar pukul 02.00 waktu setempat. Alarm berbunyi di Israel Selatan, di tepi Laut Mati, di Yerusalem, dan wilayah Shomron.
"Pasukan Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut juga telah menembak jatuh beberapa drone yang diluncurkan Iran," kata dua pejabat AS kepada CBS News.
Serangan balasan Iran terjadi sebagai respons atas serangan Israel pada 1 April terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Islam (IRGC).
Reporter: Bachtiarudin Alam/Merdeka.com