Perjuangan Paskibraka, Lebaran pun Dikarantina

Para peserta terancam tidak bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarga di rumah. Sebab, mereka masih menjalani karantina.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 29 Jul 2013, 15:25 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2013, 15:25 WIB
paskibra-karantina-130729b.jpg
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Indonesia sudah menjalani karantina sejak 22 Juli 2013. Masa tugas mereka akan habis pada 30 Agustus 2013 mendatang. Artinya mereka harus menjalani ibadah puasa dan Lebaran di karantina.

Kepala Pelatih Koordinatir Pelatih Paskibraka 2013 Mayor Aminudin mengatakan, saat masuk ke karantina semua barang-barang miliki peserta diperiksa. Mereka tidak boleh membawa alat komunikasi apapun ke dalam asrama.

Latihan yang dilakukan terutama selama bulan Ramadan pun bisa dibilang tidak ada bedanya dengan latihan saat tidak menjalani ibadah puasa. Hanya waktu latihannya saja yang diatur menyesuaikan waktu berbuka puasa khususnya.

"Latihan sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB, kemudian mereka istirahat. Pukul 14.30 WIB mulai latihan lagi sampai menjelang magrib. Jadi porsi latihanya saja yang dikurangi tapi materi latihannya tetap," kata Aminudin saat ditemui Liputan6.com di sela-sela latihan di PP-PON Cibubur, Jumat 26 Juli lalu.

Para peserta terancam tidak bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarga di rumah. Sebab, mereka masih menjalani karantina. Meski begitu, ada beberapa waktu yang memperbolehkan keluarga untuk menemui mereka di tempat karantina.

"Iya Lebaran mereka di sini. Kita para pelatih pun seperti itu. Tapi ada nanti waktu-waktu khusus untuk bertemu keluarga," lanjut anggota Garnisun Tetap I/Jakarta itu.

Aminudin berharap para peserta selalu sehat, diberi kelancaran dan dapat menjalankan tugas dengan baik selama karantina. Sehingga dapat berbuat yang terbaik saat mengibarkan dan menurunkan bendera merah putih di Istana Negara pada 17 Agustus 2013 mendatang.

Kangen Berat

Rasa kangen itu dirasakan Ali Alfaraesy. Utusan Provinsi Aceh itu mengatakan, untuk mengobati rasa kangennya pada orangtua, dia selalu berdoa dan curhat pada Allah agar sanak keluarganya di Takengon, Aceh Tengah selalu diberikan kesehatan.

"Ya alat komunikasi memang tidak ada. Sedih sih, tapi untuk tugas negara lebih penting. Jadi mengobati rasa kangen dengan berdoa saja. Agar selalu diberikan kesehatan dan tidak gelisah karena sudah curhat sama Yang Maha Kuasa," katanya.

Menjadi Anggota Paskibraka merupakan salah satu jalan yang sangat didukung oleh kedua orangtuanya. Pria yang pandai menari khas Aceh dan bermain suling Aceh itu sempat gagal di seleksi tahun 2012 lalu. Anak pasangan Ikhsan dan Paryasni itu terus mencoba sampai akhirnya berhasil lolos tahun ini.

"Keluarga, guru, teman-teman juga sangat mendukung. Karena belum ada perwakilan dari Aceh Tengah setelah terakhir tahun 1998," terang pria yang bercita-cita menjadi anggota polisi itu.

Siswa kelas XI SMA 1 Takengon itu mengalahkan 40 orang lainnya di provinsi dan berhasil masuk ke tingkat nasional. Dirinya mengaku mengenal Paskibara dari saudaranya semasa SMP. Dari situlah, keinginan untuk mengibarkan bendera pusaka di Istana Negara terus tumbuh. Sampai akhirnya dapat mengikuti seleksi dan lolos di tingkat nasional. "Saya ingin buktikan, daerah saya di Aceh Tengah yang kena gempa bisa lolos Paskibraka," tandasnya. (Ism/Ary)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya