Liputan6.com, Jakarta: Pembangunan mercusuar di Karang Unarang, Kalimantan Timur, untuk sementara dihentikan. Langkah ini diambil untuk menghindari konflik terbuka antara Indonesia-Malaysia. Pembangunan mercusuar akan dilanjutkan setelah kedua negara menyelesaikan masalah ini lewat jalur diplomasi.
Sementara itu, Ahad (6/3) dini hari, kapal perang Malaysia KD Kerambit yang sempat melintasi perairan Karang Unarang bergerak menjauh ke arah utara dengan dibuntuti Kapal Republik Indonesia (KRI) Rencong sampai ke luar perairan Indonesia. Malaysia mengklaim Karang Unarang masuk wilayahnya, termasuk Ambalat, berdasarkan peta yang dibuat sendiri pada 1979. Sebaliknya, pemerintah Indonesia mengklaim wilayah tersebut masuk kedaulatan Indonesia sejak masa penjajahan Belanda.
Berdasarkan hukum laut internasional, zona teritorial sebuah negara yang diakui adalah 12 mil dari lepas pantai. Jika Malaysia mengklaim perairan Ambalat sebagai miliknya, zona teritorial Malaysia adalah 70 mil dari garis pantai Pulau Sipadan dan Ligitan.
KD Kerambit masuk ke perairan Karang Unarang, Sabtu pagi kemarin. Saat itu, di tempat yang sama ada KRI Rencong tengah berpatroli. Kapal ini bertugas mengawasi pembangunan mercusuar di Karang Unarang. KD Kerambit sempat mengirimkan pesan "Selamat Datang di Perairan Malaysia". KRI Rencong membalas pesan tersebut dengan bunyi "Selamat Datang Juga di Perairan Indonesia" [baca: Kapal Perang Malaysia Melintasi Perairan Indonesia].
KD Kerambit sempat meminta Indonesia segera menghentikan pembangunan rambu suar karena wilayah itu diklaim sebagai wilayah Malaysia. Namun, permintaan tersebut ditolak KRI Rencong.
Kasus KD Kerambit menjadi yang ketiga kalinya kapal perang Malaysia masuk wilayah Indonesia. Pertama, pada Januari silam, ketika kapal perang Malaysia, KD Sri Malaka terlihat di kawasan Karang Unarang. Terakhir pada 26 Februari silam, KRI Wiratno yang berpatroli di kawasan Karang Unarang mendapati KD Paus 3507 dan KD Baung 3509 berlayar di kawasan yang sama.
Sehubungan dengan masalah ini, TNI Angkatan Laut terus menambah kapal patroli untuk meningkatkan pengawasan di kawasan Ambalat yang diklaim Malaysia masuk wilayah mereka. Sedikitnya sudah ada tiga kapal perang masing-masing KRI Nuku, KRI Rencong, dan KRI Wiratno serta dua pesawat intai maritim di perairan Pulau Ambalat. TNI AL juga mendatangkan KRI KS Tubun untuk memperkuat armada di perairan tersebut.
Markas Besar TNI sudah mengkoordinasikan TNI Angkatan Udara untuk berpatroli di sekitar Blok Ambalat yang terletak di antara Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Hal ini dibenarkan Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama Amirullah Amin di Jakarta. Saat ini, pihaknya sedang menunggu koordinasi lanjutan dari Mabes TNI untuk menyiapkan pasukan dari Komando RI Kawasan Barat.(DNP/Tim Liputan 6 SCTV)
Sementara itu, Ahad (6/3) dini hari, kapal perang Malaysia KD Kerambit yang sempat melintasi perairan Karang Unarang bergerak menjauh ke arah utara dengan dibuntuti Kapal Republik Indonesia (KRI) Rencong sampai ke luar perairan Indonesia. Malaysia mengklaim Karang Unarang masuk wilayahnya, termasuk Ambalat, berdasarkan peta yang dibuat sendiri pada 1979. Sebaliknya, pemerintah Indonesia mengklaim wilayah tersebut masuk kedaulatan Indonesia sejak masa penjajahan Belanda.
Berdasarkan hukum laut internasional, zona teritorial sebuah negara yang diakui adalah 12 mil dari lepas pantai. Jika Malaysia mengklaim perairan Ambalat sebagai miliknya, zona teritorial Malaysia adalah 70 mil dari garis pantai Pulau Sipadan dan Ligitan.
KD Kerambit masuk ke perairan Karang Unarang, Sabtu pagi kemarin. Saat itu, di tempat yang sama ada KRI Rencong tengah berpatroli. Kapal ini bertugas mengawasi pembangunan mercusuar di Karang Unarang. KD Kerambit sempat mengirimkan pesan "Selamat Datang di Perairan Malaysia". KRI Rencong membalas pesan tersebut dengan bunyi "Selamat Datang Juga di Perairan Indonesia" [baca: Kapal Perang Malaysia Melintasi Perairan Indonesia].
KD Kerambit sempat meminta Indonesia segera menghentikan pembangunan rambu suar karena wilayah itu diklaim sebagai wilayah Malaysia. Namun, permintaan tersebut ditolak KRI Rencong.
Kasus KD Kerambit menjadi yang ketiga kalinya kapal perang Malaysia masuk wilayah Indonesia. Pertama, pada Januari silam, ketika kapal perang Malaysia, KD Sri Malaka terlihat di kawasan Karang Unarang. Terakhir pada 26 Februari silam, KRI Wiratno yang berpatroli di kawasan Karang Unarang mendapati KD Paus 3507 dan KD Baung 3509 berlayar di kawasan yang sama.
Sehubungan dengan masalah ini, TNI Angkatan Laut terus menambah kapal patroli untuk meningkatkan pengawasan di kawasan Ambalat yang diklaim Malaysia masuk wilayah mereka. Sedikitnya sudah ada tiga kapal perang masing-masing KRI Nuku, KRI Rencong, dan KRI Wiratno serta dua pesawat intai maritim di perairan Pulau Ambalat. TNI AL juga mendatangkan KRI KS Tubun untuk memperkuat armada di perairan tersebut.
Markas Besar TNI sudah mengkoordinasikan TNI Angkatan Udara untuk berpatroli di sekitar Blok Ambalat yang terletak di antara Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Hal ini dibenarkan Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama Amirullah Amin di Jakarta. Saat ini, pihaknya sedang menunggu koordinasi lanjutan dari Mabes TNI untuk menyiapkan pasukan dari Komando RI Kawasan Barat.(DNP/Tim Liputan 6 SCTV)