Anak Muda Jepang Anti-Beli Mobil

Di Jepang, sebagian besar anak muda tak butuh mobil pribadi. Ini dikenal dengan sebutan kuruma banare.

oleh Rio Apinino diperbarui 16 Jun 2021, 14:46 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2016, 09:41 WIB
Kuruma Banare, Fenomena Anak Muda Jepang Tak Suka Mobil
Di Jepang, sebagian besar anak muda tak butuh mobil pribadi. Ini dikenal dengan sebutan `kuruma banare`.

Liputan6.com, Tokyo - Jepang adalah salah satu sentra industri kendaraan bermotor di dunia. Di negara Matahari Terbit itu, pabrikan otomotif yang kini menguasai dunia memulai semuanya.

Bahkan, pabrikan otomotif terbesar dunia, Toyota, berasal dari sana. Tapi industri otomotif Jepang adalah anomali.

Sementara produknya begitu laris di luar negeri, di dalam negerinya sendiri penjualannya justru tak menggembirakan. Pun dengan beragam pameran otomotif yang sepi dari pengunjung, terutama anak-anak muda.

Mereka, sebagaimana terlihat di film-film, lebih suka jalan kaki. Fenomena ini dikenal dengan 'kuruma banare'. Laman Japantimes pada 2008 lalu menulis, kuruma banare secara sederhana dapat diartikan sebagai 'demotorisasi'. Pemikiran ini menganggap mobil atau kendaraan bermotor bukanlah simbol status. Sebaliknya, mereka anggap membeli mobil adalah sesuatu yang sia-sia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sejak Medio 1990-an

Suasana Liburan Panjang di Jepang Saat Darurat COVID-19
Orang-orang mengenakan masker untuk mencegah virus corona berjalan melintasi penyeberangan pejalan kaki pada awal liburan "Minggu Emas" Jepang di distrik Shibuya, Tokyo, Kamis (29/4/2021). Pemerintah Jepang meminta warga untuk tinggal di rumah selama "minggu emas". (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Laman Green Car Congress juga pernah menulis fenomena yang telah terindikasi sejak medio 1990-an ini. Menurut mereka, fenomena ini membuat Jepang menjadi negara maju pertama di mana warga yang punya mobil justru menyusut.

Contoh generasi kuruma banare adalah pemuda bernama Makino. Dia, dan teman sebayanya, menganggap mobil hanyalah alat, tak beda dibanding alat-alat lain.

Menurutnya, mobil bukanlah refleksi dari identitas, selera, atau pendapatan, sebagaimana diyakini pemuda di negara lain, termasuk Indonesia. Lantas, apa alasan munculnya fenomena ini?

 


Alasan Kuruma Banare

Suasana Minggu Emas di Jepang Saat Darurat COVID-19
Orang-orang mengenakan masker berjalan melintasi penyeberangan pejalan kaki pada awal liburan "Minggu Emas" Jepang di distrik Shibuya, Tokyo, Kamis (29/4/2021). Golden Week atau Minggu Emas adalah periode di akhir bulan April sampai minggu pertama bulan Mei. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Januari 2016, laman Straitstimes melansir laporan survei dari asuransi mobil Sony Sompo. Kesimpulannya, generasi kuruma banare tak melihat adanya alasan untuk membeli mobil pribadi, di tengah angkutan umum yang semakin baik, terutama di pusat kota seperti Tokyo.

Ada pula yang berpendapat bahwa mereka tidak membeli mobil karena tak ingin merusak lingkungan. Kesadaran yang memang masih jarang ditemui.

Meski demikian, bukan berarti tak ada usaha dari pabrikan otomotif untuk mengubah keadaan ini. Tapi nampaknya, usaha mereka belum membuahkan hasil.

Apalagi, saat ini regulasi dari pemerintah semakin menyulitkan kepemilikan mobil baru, terutama soal pajak kendaraan yang semakin tinggi.


Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang
Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya