Kebijakan AS Bawa Peluang Bagi Industri Otomotif Indonesia, Apa Itu?

Indonesia berpotensi memperkuat industri otomotif domestiknya dengan memanfaatkan kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat. Melalui penguatan kerja sama dengan negara-negara di kawasan selatan, Indonesia dapat mengembangkan aliansi strategis dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

oleh Septian Deny Diperbarui 21 Mar 2025, 15:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 15:30 WIB
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyoroti peluang Indonesia untuk memperkuat industri otomotif domestik melalui kebijakan tarif resiprokal yang direncanakan oleh Amerika Serikat.

Dengan membangun kerja sama yang erat dengan negara-negara di kawasan selatan (global south), Indonesia dapat memanfaatkan momen ini untuk memperkuat posisinya dalam industri otomotif dunia.

"Setiap tantangan pasti ada peluang, itu yang kita harus cari. Di antaranya bagaimana kita membangun aliansi di antara negara-negara global south," ungkap Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, dikutip Jumat (21/3/2025).

Kerja sama ini penting mengingat perbedaan pasar otomotif antara negara selatan dan negara utara, di mana negara utara sudah beralih ke bahan bakar dengan standar euro 6. Bob Azam menekankan bahwa Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan negara-negara selatan seperti India dan Brasil untuk pertukaran bahan bakar etanol dan biosolar. Langkah ini tidak hanya mendukung industri otomotif tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional.

Jika kita bisa bertukar dengan negara-negara tersebut, itu akan sangat menguntungkan. Kita bisa mendapatkan etanol dari mereka, dan mereka dapat memperoleh biosolar dari kita. Kerja sama seperti ini perlu dikembangkan ke depan, tambahnya.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menandatangani memorandum yang mengarahkan pemerintahannya untuk menetapkan tarif resiprokal yang setara terhadap setiap mitra dagang asing.

Donald Trump telah memutuskan bahwa demi keadilan, AS akan mengenakan tarif resiprokal, yang berarti berapa pun tarif yang dikenakan negara lain kepada AS, maka akan mengenakan tarif yang setara, tidak lebih dan tidak kurang. 

Promosi 1

Defisit Perdagangan

Konpers Presiden AS Donald Trump mengakhiri hubungan AS dan WHO.
Konpers Presiden AS Donald Trump mengakhiri hubungan AS dan WHO. Dok: Gedung Putih... Selengkapnya

Memorandum tersebut menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi defisit perdagangan tahunan AS yang besar dan persisten serta mengatasi aspek-aspek lain yang dianggap tidak adil dan tidak seimbang dalam perdagangan dengan mitra dagang asing.

Melalui Rencana yang Adil dan Resiprokal, pemerintah AS berkomitmen untuk menentang pengaturan perdagangan non-resiprokal dengan mitra dagang melalui penetapan tarif resiprokal yang setara.

Pendekatan ini akan memiliki cakupan yang komprehensif, mengkaji hubungan perdagangan non-resiprokal dengan semua mitra dagang AS, ungkap rencana tersebut.

 

Toyota Indonesia Incar Ekspor 3 Juta Unit pada 2025

Toyota
Ekspor kendaraan Toyota Indonesia. (TMMIN)... Selengkapnya

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) terus mendorong peningkatan ekspor dari model-model yang dibuat di Tanah Air. Bahkan, jenama asal Jepang ini menargetkan bisa mencapai pengiriman sebanyak 3 juta unit pada tahun ini.

Target ini sendiri, merupakan jumlah kumulatif, yang memang diproyeksikan bakal dicapai oleh Toyota, mulai dari ekspor pertama kali pada 1987 hingga saat ini yang sudah mencapai kurang lebih 100 negara tujuan.

"Insya Allah, tahun ini kita akan mencapai 3 juta ekspor. Mudah-mudahan nanti ada ceremony-nya," jelas Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, saat ditemui di acara Toyota media iftar, di bilangan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (18/3/2025) malam.

Jika melihat data, angka ekspor Toyota per Oktober 2024 sudah lebih dari 2,5 juta unit, dan pada awal 2025, sudah mencapai 2,8 juta unit.

Bob juga mengatakan, pada Januari hingga Februari 2025, ekspor Toyota sudah mencapai 39 ribu unit dan jumlah tersebut adalah kurang lebih 60 persen dari total ekspor otomotif dari Indonesia.

Selain itu, pada tahun lalu, atau 2024, jumlah ekspor Toyota sendiri mengalami penurunan dari 290 ribu unit pada 2023, menjadi hanya 276 ribu unit pada tahun lalu.

"Mungkin kita semua tahu, kondisi di global pasar mengalami pelemahan. Perang Rusia dan Ukraina, berdampak kepada energi di Eropa yang habis, sehingga permintaan berkurang dan mempengaruhi ekonomi seluruh dunia," tegas Bob.

Optimistis

Toyota Avanza dan Toyota Veloz GIIAS 2022
Toyota Avanza dan Toyota Veloz di GIIAS 2022 (Otosia.com/Arendra Pranayaditya)... Selengkapnya

Namun, dengan kondisi yang penuh tantangan ini, raksasa otomotif asal Jepang tersebut, tetap akan berusaha untuk meningkatkan produksi dan tentu saja ekspor.

Dengan berbagai strategi yang dijalankan perusahaan, Toyota optimistis mampu memenuhi berbagai target untuk tahun ini.

"Kami terus tingkatkan produktivitas dan efisiensi karena itu kuncinya hadapi daya saing global. Terus kami adakan improvement, terus melakukan market research, kerja sama dengan regional office untuk mengetahui perilaku konsumen yang ada di sana," tukasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya