Liputan6.com, Hiroshima - Mazda kembali membuat terobosan dengan memperkenalkan sebuah teknologi mesin baru. Mereka menyebut mesin anyar ini Homogeneous-Charge Compression Ignition (HCCI), yakni mesin bensin tanpa busi laiknya Diesel.
HCCI ini tentu saja bakal bersemayam di mobil generasi terbaru Mazda. Kabarnya, menurut laporan Nikkei, Mazda3 adalah model pertama yang menggunakan mesin tersebut. Mobil ini akan diperkenalkan pada 2018.
Advertisement
Baca Juga
Mesin HCCI ini kabarnya akan menjadi generasi kedua dari teknologi SkyActiv. Dengan menganut mesin ini, konsumen BBM bisa lebih irit sebesar 30 persen.
SkyActiv-G Generation 1 memiliki kompresi maksimum 14:1, sementara pada SkyActiv-G Generation 2 rasio kompresinya 18:1, sehingga penerapan HCCI bukanlah tidak mungkin. Sebagai perbandingan, kompresi mesin Diesel mulai dari 15:1 hingga 22:1.
Teknologi HCCI pada mesin menghilangkan busi yang berfungsi sebagai pemantik. Sebaliknya, kompresi tinggi inilah yang dimanfaatkan untuk membakar campuran udara dan bensin, mirip mesin Diesel.
Mazda3 yang menggunakan mesin ini dikatakan memiliki konsumsi BBM 30 km/liter.
HCCI
Mazda memang punya cara lain untuk menciptakan solusi mesin yang irit dan ramah lingkungan. Bila pabrikan lain fokus pada pengembangan hibrida, hidrogen, dan listrik, mereka justru konsisten mengembangkan teknologi SKYCACTIV.
Pada mesin bensin konvensional, busi diperlukan untuk membakar udara dan bensin di ruang bakar. Sementara mesin HCCI, justru menciptakan pembakaran melalui mekanisme kompresi tinggi.
Dengan cara ini, mesin bakal lebih efisien, rendah emisi, dan memungkinkan produksi power yang lebih besar.
Namun, memanfaatkan kompresi tinggi untuk menciptakan reaksi eksotermis di ruang bakar bukanlah perkara mudah. Inilah mengapa belum ada mesin HCCI yang berhasil diproduksi saat ini. Sejumlah pabrikan seperti General Motors, Mercedes-Benz, dan Volkswagen pun terus melakukan eksperimen terhadap mesin itu.
Hingga saat ini, Mazda belum mengumbar informasi lebih detail soal mesin HCCI mereka. Tapi yang jelas, bila mereka berhasil, ini akan menjadi solusi baru dalam menjawab tantangan soal efisiensi dan emisi.