3 Jenis Mobil Ini Paling Diburu di Pasar Mobil Bekas 2021

Selain penjualan yang akan meningkat, tren pasar mobkas cenderung tidak berubah. Apa artinya?

oleh Arief Aszhari diperbarui 21 Jan 2021, 09:05 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 09:05 WIB
Risiko yang Dihadapi Pembeli Mobil Bekas
Namanya juga mobil bekas pakai, sudah semestinya konsumen harus memahami risiko saat membeli mobkas.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar mobil bekas (mobkas) di Indonesia diprediksi bakal kembali bergairah pada kuartal kedua tahun ini. Pasalnya, dalam periode tersebut, banyak masyarakat yang lebih optimistis memiliki pendapatan yang lebih stabil dan anggaran yang cukup, sehingga daya beli mereka akan menguat.

Dijelaskan General Manager Carsome Indonesia, Delly Nugraha, selain penjualan yang akan meningkat, tren pasar mobkas cenderung tidak berubah. Artinya, jenis mobil yang banyak dicari konsumen yang mendominasi tetap dikuasai oleh beberapa model.

"Pergerakan bisnis Carsome selama awal januari tidak memiliki perbedaan antara 2020 dengan 2021. Mobil terlaris, tetap akan sama, yaitu small SUV, LCGC, dan juga small MPV," jelas Delly, saat konferensi pers melalui daring, belum lama ini.

Sementara itu, masih menurut Delly, merek yang akan tetap laris manis, masih dikuasai merek Jepang, seperti Toyota, Honda, Daihatsu, dan juga Suzuki.

"Sebelum pandemi, Suzuki sempat di berada di posisi ketiga, tapi setelah pandemi Daihatsu menggantikan posisi Suzuki," tambahnya.

Selain itu, tumbuhnya pasar mobkas tahun ini, juga ditenggarai oleh pertimbangan terkait kesehatan dan keamanan mendorong masyarakat mengubah pola perilakunya, yaitu dari menggunakan transportasi umum, beralih ke kendaraan pribadi. Dengan melihat hal tersebut, mobkas memang dapat menawarkan solusi mobilitas yang aman, nyaman, dan terjangkau.

"Ini dapat menjadi momentum yang baik bagi industri mobil bekas," tegasnya lagi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perubahan perilaku

Masih dari dari hasil survei Carsome, jumlah responden yang menyatakan tidak pernah menggunakan transportasi umum dan layanan ride hailing meningkat dari 27 persen menjadi 60 persen selama PSBB berlangsung.

Frekuensi penggunaan transportasi umum yang menurun signifikan ini salah satunya disebabkan karena rasa tidak nyaman dan khawatir tertular virus Covid-19.

Jumlah responden yang mengaku merasa tidak nyaman menggunakan transportasi umum dan layanan ride hailing meningkat dari 33 persen sebelum PSBB menjadi 74 persen selama PSBB.

Infografis Kasus Covid-19 di Jakarta Masih Tinggi, Perlu Rem Darurat?

Infografis Kasus Covid-19 di Jakarta Masih Tinggi, Perlu Rem Darurat? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kasus Covid-19 di Jakarta Masih Tinggi, Perlu Rem Darurat? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya