FOTO: Australia Alami Kerugian di Industri Pariwisata

oleh Johan Fatzry, diperbarui 23 Jun 2022, 14:17 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2020, 07:00 WIB
Australia Alami Kerugian di Industri Pariwisata
Industri pariwisata Australia mengalami kerugian sekitar 5,8 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp10.579) dalam tiga bulan pertama 2020 seiring merebaknya pandemi coronavirus.
Foto 1 dari 5
Australia Alami Kerugian di Industri Pariwisata
Sejumlah peselancar berjalan di Pantai Bondi di Sydney, Australia (28/4/2020). Industri pariwisata Australia mengalami kerugian sekitar 5,8 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp10.579) dalam tiga bulan pertama 2020 seiring merebaknya pandemi coronavirus. (Xinhua/Bai Xuefei)
Foto 2 dari 5
Australia Alami Kerugian di Industri Pariwisata
Pekerja di luar Sydney Opera House yang ditutup di Sydney, Australia (26/5/2020). Industri pariwisata Australia mengalami kerugian sekitar 5,8 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp10.579) dalam tiga bulan pertama 2020 seiring merebaknya pandemi coronavirus. (Xinhua/Bai Xuefei)
Foto 3 dari 5
Australia Alami Kerugian di Industri Pariwisata
Queen Victoria Building yang kosong di Sydney, Australia (30/3/2020). Industri pariwisata Australia mengalami kerugian sekitar 5,8 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp10.579) dalam tiga bulan pertama 2020 seiring merebaknya pandemi coronavirus. (Xinhua/Bai Xuefei)
Foto 4 dari 5
Australia Alami Kerugian di Industri Pariwisata
Sebuah kafe yang dibuka sebagian di Sydney, Australia (17/5/2020). Industri pariwisata Australia mengalami kerugian sekitar 5,8 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp10.579) dalam tiga bulan pertama 2020 seiring merebaknya pandemi coronavirus. (Xinhua/Bai Xuefei)
Foto 5 dari 5
Australia Alami Kerugian di Industri Pariwisata
Pemandangan Darling Harbour yang kosong di Sydney, Australia (30/3/2020). ). Industri pariwisata Australia mengalami kerugian sekitar 5,8 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp10.579) dalam tiga bulan pertama 2020 seiring merebaknya pandemi coronavirus. (Xinhua/Bai Xuefei)