Liputan6.com, Purwokerto – Derajat keasaman (pH) tanah atau air sangat berpengaruh terhadap produktivitas pertanian maupun budidaya perikanan. Namun seringkali, petani terkendala mahalnya alat pengukur pH atau biasa disebut pH Meter.
Untuk itu, sekelompok mahasiswa Farmasi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto berupaya mengakali mahalnya pH meter itu dengan menggunakan pengukur pH alami, dari komoditas yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
pH meter berbentuk test strip yang murah, mudah, praktis, dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumbar daya alam lokal berupa ekstrak tanaman yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
"Kami menemukan lima jenis tanaman yakni rimpang kunyit, bunga mawar, kol ungu, rosela, dan kecombrang yang cukup potensial digunakan sebagai indikator alami dalam test strip pH," tutur Eva Karyati, ketua kelompok penelitian NapI (Nature pH Indicator), melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Humas Unsoed, Kamis malam, 13 Juli 2017.
Eva mengemukakan, mereka membuat pH strip dari bahan alami ini karena memiliki rentang pengukuran dengan perubahan warna yang mencolok. Selain itu, tanaman yang dipilih tersebut murah harganya dan banyak tersedia di lingkungan sekitar.
Bersama empat teman lainnya, yakni Charlina Detty Vikarosa, Ilmi Nur Hafizah, Hamidah Raisa Utami, dan Medi Khairun, Eva melakukan penelitian selama lima bulan di Laboratorium Kimia Farmasi Unsoed. Riset didanai sepenuhnya oleh Kemenristekdikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE) 2017.
Baca Juga
Eva menjelaskan, dalam penelitian itu disimpulkan, baik rimpang kunyit, bunga mawar dan lainnya itu masing-masing bisa digunakan untuk mengukur pH. Cara penggunaan kelima tanaman untuk mengukur pH itu sama.
Ekstrak tanaman yang terpilih kemudian dikombinasikan serta diimobilisasi dalam membran selulosa. Test strip kemudian diuji beberapa parameter performa analisis serta uji biodegradabel produk dan menghasilkan hasil yang cukup baik.
"Penggunaan alat tersebut cukup sederhana, yakni cukup larutan sampel yang akan diuji diteteskan pada test strip atau hanya dengan mencelupkan test strip dan membandingkan dengan warna standar yang telah dibuat untuk masing-masing tingkat pH dari pH 0 hingga 14, dengan waktu respons alat yang cukup cepat hingga kurang dari 10 detik," tuturnya.
Pakar kimia farmasi analisis Unsoed yang juga pembimbing penelitian ini, Hendri Wasito mengatakan, alat ukur pH dari ekstrak tanaman berbentuk test strip yang diciptakan tim peneliti tersebut juga telah berhasil diaplikasikan untuk mengukur berbagai sampel produk sehari-hari dengan hasil yang sebanding dengan alat ukur pH meter yang ada dipasaran.
Untuk menemukan tanaman yang tepat untuk digunakan sebagai pH Strip, Hendri mengatakan tim peneliti telah menguji kepada lebih dari dua puluh tanaman lokal berupa sayuran, rimpang, bunga, buah, dan beberapa jenis tanaman lainnya. Tanaman tersebut mereka buat menjadi ektrak dan diujikan pada berbagai larutan uji dengan nilai pH 0-14.
Dia menerangkan, dalam kehidupan sehari-hari, tingkat asam atau basa biasanya dinyatakan sebagai nilai pH dan dapat diukur dengan pH meter. Nilai pH kurang dari 7 biasa dikategorikan sebagai asam dan pH lebih dari 8 sebagai basa. Nilai pH berperan sangat penting dan perlu dipantau, terutama bagi kontrol kualitas produk farmasi, kosmetik, dan makanan.
Menurut Hendri, kondisi tingkat pH pada cairan tubuh seperti urine, darah, dan cairan biologis lainnya juga perlu dipantau untuk mengetahui tingkat kualitas kesehatan dari manusia. Kondisi pH air di lingkungan sekitar juga perlu diuji untuk mengetahui kualitas air, baik untuk konsumsi maupun penggunaan air bagi kehidupan sehari-hari.
"Pengukuran pH sebagai salah satu parameter kualitas air perlu dimonitor bagi kelangsungan hidup organisme seperti pemantauan air kolam, air akuarium, atau air pada kolam budidaya perairan," kata Hendri yang juga Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Unsoed ini.