Jenang Jaket, Kuliner Tradisional Purwokerto yang Kaya Rasa dan Makna

Keberadaannya menjadi salah satu bukti bagaimana masyarakat setempat masih menjaga tradisi kuliner yang diwariskan secara turun-temurun.

oleh Panji Prayitno Diperbarui 08 Mar 2025, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2025, 10:00 WIB
Alun-alun Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Alun-alun Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Purwokerto merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang terkenal dengan kuliner tradisional menggugah selera. Salah satu yang cukup unik dan masih lestari hingga kini adalah Jenang Jaket.

Dirangkum dari berbagai sumber, nama Jaket sendiri berasal dari singkatan Ja yang berarti jenang dan Ket yang merujuk pada ketan, dua bahan utama yang mendominasi sajian ini. Jenang Jaket merupakan salah satu warisan kuliner berbasis gula merah, santan kelapa, dan beras ketan yang memiliki cita rasa manis, gurih, serta tekstur yang kenyal dan lembut.

Keunikan jenang ini tidak hanya terletak pada rasanya yang lezat, tetapi juga proses pembuatannya yang membutuhkan keterampilan dan ketelatenan tersendiri. Kuliner tradisional ini sering disajikan dalam berbagai acara adat, perayaan, maupun sebagai suguhan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Purwokerto.

Keberadaannya menjadi salah satu bukti bagaimana masyarakat setempat masih menjaga tradisi kuliner yang diwariskan secara turun-temurun. Pembuatan Jenang Jaket memerlukan bahan-bahan sederhana namun harus berkualitas tinggi agar menghasilkan cita rasa yang maksimal.

Gula merah yang digunakan biasanya berasal dari kelapa atau aren, yang memiliki rasa manis khas dengan aroma karamel yang menggoda. Santan kelapa yang digunakan harus berasal dari kelapa tua agar menghasilkan kekentalan yang pas dan rasa gurih yang lebih kuat.

Sementara itu, beras ketan yang digunakan harus yang berkualitas baik agar menghasilkan tekstur jenang yang kenyal dan tidak mudah hancur saat dimasak. Proses pembuatannya sendiri cukup panjang dan membutuhkan kesabaran tinggi. Awalnya, beras ketan direndam selama beberapa jam agar lebih lunak saat dimasak.

Setelah itu, beras ketan dimasak hingga setengah matang sebelum dicampurkan dengan santan kelapa dan gula merah yang telah dicairkan. Campuran ini kemudian terus diaduk dengan api kecil hingga mengental dan berubah warna menjadi kecokelatan dengan tekstur yang lembut.

Pengadukan harus dilakukan secara konstan agar jenang tidak gosong atau menggumpal. Setelah mencapai tingkat kekentalan yang diinginkan, jenang kemudian didinginkan sebelum disajikan.

Kuliner Tradisional

Teksturnya yang kenyal dan lengket menjadikannya camilan yang mengenyangkan dan menggugah selera. Jenang Jaket tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna simbolis dalam budaya masyarakat Purwokerto.

Makanan ini sering dihidangkan dalam acara-acara adat seperti pernikahan, syukuran, dan perayaan hari besar. Filosofi dari jenang yang lengket melambangkan persatuan dan kekeluargaan, sedangkan rasa manisnya dianggap sebagai doa agar kehidupan yang dijalani penuh berkah dan kebahagiaan.

Dalam tradisi pernikahan, Jenang Jaket juga melambangkan harapan agar pasangan yang menikah tetap lengket satu sama lain dalam kehidupan rumah tangga mereka. Selain itu, dalam acara syukuran atau selamatan, jenang ini menjadi simbol rasa syukur atas rezeki dan kebersamaan yang telah diberikan Tuhan.

Meskipun zaman semakin modern dan banyak makanan instan yang bermunculan, Jenang Jaket tetap bertahan sebagai bagian dari identitas kuliner Purwokerto. Bahkan, kini banyak pengrajin jenang yang mulai mengemasnya dalam bentuk modern agar lebih praktis dan dapat dinikmati oleh lebih banyak orang, tidak hanya di Purwokerto tetapi juga di berbagai daerah lainnya.

Keberadaan Jenang Jaket juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Purwokerto. Banyak wisatawan yang penasaran ingin mencicipi makanan khas ini, baik karena keunikan namanya maupun karena rasanya yang khas dan sulit ditemukan di daerah lain.

Beberapa toko oleh-oleh dan pasar tradisional di Purwokerto menjual Jenang Jaket dalam berbagai kemasan, baik yang masih dalam bentuk potongan besar maupun yang sudah dikemas dalam ukuran kecil untuk memudahkan konsumsi.

Beberapa pengrajin jenang juga mulai berinovasi dengan menambahkan berbagai varian rasa seperti durian, pandan, atau cokelat untuk menarik minat generasi muda yang mungkin kurang familiar dengan rasa jenang tradisional. Meski begitu, versi klasik dengan gula merah dan santan tetap menjadi favorit karena mempertahankan cita rasa asli yang otentik.

Bagi masyarakat Purwokerto sendiri, Jenang Jaket bukan sekadar jajanan biasa, melainkan bagian dari sejarah dan identitas mereka. Melestarikan jenang ini berarti juga menjaga warisan leluhur yang telah ada sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat setempat.

Dengan segala kelezatan dan nilai budayanya, Jenang Jaket layak menjadi salah satu ikon kuliner Purwokerto yang harus terus diperkenalkan kepada generasi muda maupun wisatawan. Di tengah arus modernisasi yang semakin deras, keberadaan makanan tradisional seperti ini patut dijaga agar tidak punah atau tergeser oleh makanan-makanan instan yang serba praktis.

Menikmati seporsi Jenang Jaket bukan hanya sekadar mencicipi makanan manis yang lezat, tetapi juga merasakan kekayaan budaya dan tradisi yang masih bertahan di tengah gempuran zaman.

Maka, jika suatu saat berkunjung ke Purwokerto, jangan lupa untuk mencicipi Jenang Jaket dan merasakan sensasi rasa tradisional yang khas serta cerita budaya yang terkandung di dalamnya.

 

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya