Palsukan SKTM, 3 Calon Siswa di Boyolali Batal Sekolah di SMA Negeri

Salah satu calon siswa pemalsu SKTM di Boyolali memaksa orangtuanya memalsukan dokumen agar bisa masuk SMA negeri, meski nilainya rendah.

diperbarui 12 Jul 2018, 09:02 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2018, 09:02 WIB
Posko Pelayanan PPDB Dipadati Warga
Orang tua murid mencoba mengakses laman Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) online 2018 di Posko Pelayanan PPDB Online di SMKN 1 Budi Utomo, Jakarta, Kamis (28/6). Pendaftaran PPDB online tingkat SMA/SMK berakhir hari ini. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Boyolali - Tiga calon siswa baru pengguna surat keterangan tidak mampu (SKTM) di Boyolali didiskualifikasi karena ketahuan dari keluarga mampu. Ketiganya masing-masing satu calon siswa di SMAN 2 Boyolali, SMAN 3 Boyolali, dan SMAN 1 Simo.

Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Boyolali, Suyanta, mengatakan ketiganya ketahuan menggunakan SKTM "palsu" berdasarkan hasil verifikasi tim di masing-masing sekolah dengan mendatangi langsung ke rumah calon siswa pengguna SKTM.

"Setelah sekolah memverifikasi ke rumah-rumah calon siswa pengguna SKTM, ada tiga yang terpaksa didiskualifikasi karena tidak layak dikategorikan keluarga miskin. Para calon siswa ini mendaftar di SMAN 2, SMAN 3, dan SMAN 1 Simo. Masing-masing satu siswa," ujarnya kepada Solopos.com, Selasa, 10 Juli 2018.

Suyanta yang juga Kepala SMAN 2 Boyolali ini mengatakan, berdasarkan penelusuran tim verifikasi sekolahnya kepada keluarga calon siswa yang didiskualifikasi tersebut, kondisi rumah, penghasilan, dan beban hidup masuk kategori keluarga mampu.

Penggunaan SKTM oleh orangtua untuk mendaftar sekolah dilakukan lantaran kekhawatiran tidak diterima di sekolah yang jaraknya tak jauh dari objek wisata air Tlatar itu.

"Sebenarnya dia mampu, tapi mungkin saat itu banyak yang pakai SKTM, sehingga dia ikutan. Takut anaknya tidak diterima. Nah, sesuai ketentuan, ketika kemudian SKTM tidak sesuai dengan kondisinya, maka siswa didiskualifikasi dari daftar calon siswa baru," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala SMAN 3, Khaerul Anwar, mengakui ada salah satu calon siswa yang didiskualifikasi karena penggunaan SKTM tidak sesuai. Menurut dia, keluarga siswa tersebut berdomisili di Kecamatan Boyoali Kota.

"Ada satu calon siswa yang menggunakan SKTM untuk mendaftar dan setelah diverifikasi oleh tim ke tempat tinggalnya, kondisinya memang mampu, sehingga terpaksa didiskualifikasi," ujarnya.

Dia menjelaskan berdasarkan pengakuan orangtua calon siswa tersebut, mereka menggunakan SKTM atas kemauan anak yang ngotot ingin bersekolah di SMAN 3 Boyolali. "Karena si anak menangis sangat ingin bersekolah di sini SMAN 3, maka dia ngotot pakai SKTM. Tapi dari segi nilai tergolong rendah," ujarnya.

Setelah didiskualifikasi, lanjut Khaerul, calon siswa baru bersangkutan masih berkesempatan melanjutkan ke sekolah swasta. Dengan didiskualifikasinya calon siswa tersebut, kuota siswa di masing-masing sekolah tersebut menyisakan satu kursi.

Namun, kuota itu sudah tidak bisa diisi lagi oleh calon siswa lain karena sistem sudah terkunci saat penutupan pendaftaran, Jumat, 6 Juli 2018.

Baca berita menarik Solopos.com lainnya di sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya